Penelitian itu juga menemukan bahwa semakin lama karir seorang pemain sepak bola (khususnya pemain bertahan) ia memiliki resiko besar untuk menderita penyakit neurogeneratif.
Penyakit neurogeneratif merupakan penyakit yang menyebabkan otak dan saraf memburuk tiap harinya, kondisi itu dapat mengubah kepribadian seseorang dan menghancurkan jaringan ataupun saraf otak.
Dari hasil penelitian tersebut, mendorong Dr Stewart meminta otoritas sepak bola untuk mempertimbangkan apakah sundulan itu perlu dilakukan dalam permainan sepak bola, mengingat resikonya yang begitu mengerikan.
Ketua dan salah satu pendiri Head for Change, Dr Judith Gates, menjelaskan, pihaknya tidak sendiri dalam menyerukan pembatasan menyudul dalam permainan sepak bola.
Itu adalah keputusan yang dibuat oleh otoritas sepak bola, seperti badan pengatur dunia FIFA setelah melakukan uji coba mereka sendiri, kata Dr Gates dikutip dari Sportsmail.
Eksperimen itu diharapkan dapat menunjukkan kepada para pakar dan pemain, akan seperti apa wajah sepak bola jika diberlakukannya larangan menyundul pada sebuah pertandingan.
"Apa yang terjadi pada permainan ketika sundulan hanya diperbolehkan di dalam kotak penalti? Apa yang terjadi jika bola tidak bisa disundul?" ucap Dr Gates dikutip dari sportsmail.
"Kami berharap eksperimen ini akan melanjutkan diskusi dan baik pemain, pakar, maupun pendukung akan memiliki banyak ide untuk dibagikan sebagai hasil dari keterlibatannya," lanjutnya.
Dengan hanya mengizinkan sundulan di dalam kotak penalti pada babak pertama, pemain tetap bisa melakukan duel di udara (untuk menyundul bola) tetapi jumlah sundulan harus dikurangi secara drastis.
Sebuah pelanggaran akan diberikan setiap kali seorang pemain menyundul bola dari luar area kotak penalti.
Sedangkan di babak kedua, sundulan kepala sama sekali tidak diperbolehkan, pelanggaran akan diberikan jika pemain menyundul bola dimanapun posisi dia berada.
Artinya, para pemain diharapkan lebih mengutamakan permainan taktis lewat umpan dari kaki ke kaki, ketimbang melakukan banyak umpan lambung.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)