Hingga akhirnya pada usia 14 tahun, bek tengah sekaligus kapten Jong Ajax, Navajo Bakboord, mengalami cidera, memaksa de Ligt menjadi kapten tim dan menggeser posisinya sebagai bek.
Penampilannya apik, membuat de Ligt mempermanenkan jabatan kaptennya hingga dipromosikan ke tim utama Ajax.
Bersama Ajax Amsterdam, ia makin matang, debut di usia 17 tahun, ia menjadi kapten tim dua tahun setelahnya, banyak rekor ia pecahkan, termasuk pencetak gol termuda Ajax setelah Clarence Seedorf.
Manchester United sempat menginginkan jasa de Ligt setelah final Liga Eropa, namun Ajax bersikukuh mempertahankannya, United akhirnya mendatangkan Lindelof dari Benfica.
Memukau di AJax Amsterdam dan menyingkirkan Juventus hingga Real Madrid pada Liga Champions 2019, Si Nyonya Tua akhirnya menebus de Ligt dan memboyongnya ke Italia.
Baca juga: Masalah Juventus Lebih Besar daripada Kehilangan Cristiano Ronaldo, Tantangan Allegri Musim Depan
Adalah Fabio Paratici yang bersikukuh mendatangkan de Ligt ke Juventus, dengan harga berapapun, dan merupakan salah satu peninggalan terbaik sang Dirtek sebelum hengkang ke Tottenham.
Penampilan de Ligt sangat dewasa dibanding umurnya, ia sangat matang dan tidak terintimidasi ketika berduet dengan Cheillini atau Bonucci yang berusia 12 dan 15 tahun lebih tua.
Cristiano Ronaldo sempat memujinya De Ligt sebagai salah satu bek terbaik di Italia.
"Bek terbaik di Serie A? Bonucci, Chiellini dan De Ligt, yang berlatih bersama saya," ujar Ronaldo.
Dan kematangan De Ligt adalah penyelamat Juventus musim ini.
Memulai tiga laga tanpa kemenangan di Liga Italia, kursi Massimiliano Allegri tentu sangat rawan, melawan Spezia, Juventus tertinggal 2-1 oleh tuan rumah.
De Ligt muncul sebagai penyelamat, ialah yang memberikan key pass untuk gol dari Moise Kean di babak pertama.
Dan sepakan terukurnya dari jarak dekat memperpanjang nafas Allegri di Juventus, dan membawa kemenangan 2-3 ke Turin.
Tetapi de Ligt tetap sangat dingin dan tidak memberikan respon apapun atas kepahlawanannya di laga tersebut.
Apapun itu, de Ligt masih akan menjadi tumpuan utama untuk Juventus, dan Massimiliano Allegri tentu harus berterima kasih kepada pemain yang nyaris tidak pernah mendapat kritik selama masa baktinya di Juventus.
(Tribunnews.com/Gigih)