TRIBUNNEWS.COM - Emiliano Martinez menari di tiang gawang Manchester United, setelah sepakan penalti dari Bruno Fernandes melambung jauh di atas mistar gawang.
Manchester United akhirnya menyerah dengan skor tipis 0-1 dari Aston Villa, kekalahan ketiga mereka di semua ajang musim ini.
Memang, belum melempar Manchester United dari perburuan gelar juara Liga Inggris, tetapi tentu menjadi sinyal buruk untuk tim asuhan Ole Gunnar Solskjaer.
United menguasai pertandingan, namun minim peluang, berbeda dengan Aston Villa yang sangat bahaya ketika menciptakan peluang.
Baca juga: Seusai Sindir Klopp dan Liverpool, Solskjaer Tuding Wasit dan VAR Biang Kekalahan Man United
Baca juga: Bulan Neraka Manchester United, Ujian Konsistensi Setan Merah, Pertaruhan Nasib Solskjaer
Kritik tentu diarahkan kepada Solskjaer yang dianggap bersalah dalam menyusun taktik Manchester United.
Kekalahan pertama Manchester United atas Young Boys di Liga Champions adalah salah satu alasan untuk menyalahkan Solskjaer, bertahan selama 70 menit sebelum akhirnya tumbang dari tuan rumah 2-1.
Di laga melawan Aston Villa, Solskjaer juga sangat minim secara taktik dan nyaris tidak memiliki identitas permainan selama 90 menit.
Ekspektasi untuk Solskjaer saat ini sangat tinggi, semua pemain yang didatangkan berkualitas bintang, mulai dari Raphael Varane, Jadon Sancho hingga Cristiano Ronaldo.
Pekan depan bukanlah laga mudah untuk Manchester United, menghadapi Villarreal dan Everton di Old Trafford, sebelum menghadapi Leicester City, Atalanta, Liverpool, Tottenham, Manchester City, Arsenal dan Chelsea sebelum Desember.
Ini tentu menjadi ujian berat untuk Manchester United, terutama Solskjaer.
Solskjaer memang punya segudang masalah yang belum terselesaikan, terutama skema serangan balik yang menjadi andalan.
Memiliki sejumlah pemain bintang, tentu mayoritas tim akan berpikir ulang untuk menekan Manchester United, dan lebih memilih untuk bermain dengan garis bertahan rendah.
Ini membuat Manchester United tentu tidak punya peluang untuk melancarkan serangan dan memperoleh peluang.
Ini ditutupi dengan Bruno Fernandes sebagai gelandang kreatif dan Paul Pogba ketika tim lawan bermain lebih defensif, kreatifitas keduanya sangat diandalkan United dan memang beberapa kali berhasil.
Tetapi, lawan mempelajari itu, maka menekan Bruno Fernandes menjadi salah satu cara, sekali lagi, masalah ini dipecahkan dengan adanya Cristiano Ronaldo.
Ronaldo akan memancing pemain lawan untuk memberi ruang, seperti yang terjadi di gol ketiga United melawan Newcastle United, tetapi masalah belum selesai.
Terbukti Cristiano Ronaldo tidak mencatatkan satupun tendangan tepat sasaran ketika menghadapi Aston Villa di laga tersebut.
Baca juga: Investasi Cerdas Aston Villa Jadikan Tim Besar Liga Inggris Kalahkan Manchester United
Baca juga: Kabar Man United, Emiliano Martinez Tantang Ronaldo, Menari di Depan Fans MU Seusai Bruno Gagal
Mengahdapi Aston Villa, Tyrone Mings tidak terlalu tertarik dengan pergerakan Ronaldo dan memasang skema menjebak offside, memaksa Greenwood berulang kali melakukan sepakan di luar kotak penalti yang sia-sia.
Ini terbukti, meskipun mengemas 28 tendangan ke gawang, hanya 4 yang on target, berbanding 7 tendangan dan 3 on target untuk Asto Villa.
xG dari Manchester Unted juga cukup rendah, hanya 2,2 berbanding 1,8 milik Aston Villa, menggambarkan betapa rendah kualitas dari peluang dari United.
Fred, menjadi tugas besar untuk Solskjaer, semua tim tahu, bahwa dalam tekanan, Fred punya peluang besar untuk kehilangan bola.
Melawan Wolves dan West Ham menjadi buktinya, memang kehadiran Scott McTominay menjadi angin segar, tetapi Solskjaer juga harus menyadari permainan buruk dari Fred.
Selain itu, Manchester United juga sangat buruk dalam skema bola mati, laga melawan Aston Villa menjadi bukti, betapa rapuhnya Setan Merah ketika sepak pojok atau tendangan bebas.
Ini sudah diantisipasi dengan kedatangan Eric Ramsay, tetapi yang terjadi melawan Aston Villa, Austin MacPhee, pelatih set piece dari Aston Villa mengakali Manchester United dan sukses mengalahkan Solskjaer.
United juga sangat perlu lebih banyak kreatifitas dan keberanian, sudah waktunya untuk Solskjaer menurunkan apa yang menjdi visinya dengan dua gelandang kreatif.
Donny van de Beek dan Bruno Fernandes, meninggalkan satu gelandang jangkar di lini tengah.
Solskjaer sadar, trofi adalah satu-satunya target untuk Manchester United, dan trofi Liga Inggris adalah target utama.
Jika masalah Setan Merah belum selesai dan gagal meraih trofi, maka musim depan, pergantian pelatih bisa saja dilakukan oleh jajaran manajemen Manchester United.
(Tribunnews.com/Gigih)