TRIBUNNEWS.COM - Real Madrid sebagai tim besar nan kaya raya di La Liga Spanyol tak henti-hentinya selalu mendatangkan pemain bintang dengan harga mahal di tiap musimnya.
Dari Toni Kroos, Karim Benzema, Cristiano Ronaldo, Vinicius Junior, sampai yang terakhir Eden Hazard.
Namun hal tersebut berimbas pada tersisihnya deretan pemain akademi dan pemain muda mereka.
Baca juga: Implementasi Arteta Ball Arsenal di Liga Inggris: Manfaatkan Kegemilangan Odegaard & Smith Rowe
Baca juga: Kronologi Atletico Madrid Gagal Pinang Lionel Messi - Luis Suarez Jadi Alat Pemikat La Pulga
Sedikitnya menit bermain dan tak mendapatkan kepercayaan lebih dari pelatih, membuat para pemain muda Los Blancos memilih untuk hengkang ke tim yang lebih menghargai bakat mereka.
Dan benar saja, deretan pemain tersebut mampu berkembang dan menunjukkan performa apik bersama klub barunya.
Bahkan, penampilan mereka dapat dikatan lebih mentereng dari pada pembelian Real Madrid yang menghabiskan dana jutaan dollar.
Lalu, siapakah deretan pemain tersebut?
Theo Hernandez
Theo Hernandez pernah memperkuat Real Madrid di musim 2018/2019, namun ia terlalu tersisih dari skuat Real Madrid lantaran usianya yang dianggap terlalu muda (21)
Ia hanya bermain sebanyak 8 kali bersama Los Blancos, perannya sebagai bek kiri kalah saing melawan Marcelo yang saat itu sedang bagus-bagusnya.
"Saya tidak bisa melakukan yang terbaik untuk Real Madrid karena saya tidak memiliki menit bermain yang banyak," kata Theo dilansir Marca.
Pemain asal Prancis itupun akhirnya dipinjamkan ke Real Sociedad untuk mendapatkan menit bermain lebih.
Saat itu Theo mampu tampil konsisten bersama Sociedad, dengan seringkali menyumbangkan gol dan assist untuk tim asal Spanyol tersebut.
Bakat Theo yang cemerlang pun dilirik oleh AC Milan, tanpa ragu, klub raksasa Italia itupun menggelontorkan dana sebanyak 21 juta euro untuk memboyongnya ke San Siro di musim 2019/2020.
Tak perlu menunggu lama, Theo langsung cocok dengan permainan AC Milan dan sepak bola Italia.
Ia diberi kepercayaan oleh Pioli untuk bermain reguler mengisi pos bek kiri Rossoneri.
Memanfaatkan kecepatan dan skill olah bolanya, Theo mampu memberi kontribusi luar biasa untuk AC Milan.
Sumbangan 15 gol dan 17 mampu ia torehkan untuk AC Milan hingga saat ini.
Penampilan cemerlang Theo pun membawanya dipanggil Timnas Prancis musim ini dan langsung memberi gelar UEFA Nation League untuk Les Bleus.
Achraf Hakimi
Sebagai bek kanan modern kehebatan seorang Hakimi tak perlu diragukan lagi, ia memiliki kemampuan dribel bola dan akurasi umpan yang cemerlang.
Namun, pemain asal Maroko tersebut harus dilepas Los Blancos ke Inter Milan untuk mendapatkan pemasukan.
Sebelum dijual ke Inter Milan, Hakimi lebih dulu dipinjamkan ke Brussia Dortmund selama dua musim.
Bersama Die Borrusen Hakimi mampu menunjukan performa gemilang dengan menyumbangkan 12 gol dan 17 assist dari 73 pertandingan bersama Dortmund.
Hal tersebut pun membuat harga Hakimi menjulang tinggi.
Real Madrid yang saat itu masih berjuang untuk menstabilkan keuangan mereka lantaran adanya Covid 19, memilih untuk menjual Hakimi ke Inter Milan dengan mahar 40 juta euro.
Selain untuk mendapatkan pemasukan, alasan Hakimi dilepas menuju Inter Milan karena sang pemain kalah bersaing dengan bek kanan Real Madrid lainnya, Dani Carvajal.
Hakimi yang merupakan produk asli Real Madrid tak mampu mendapatkan menit bermain dan kepercayaan lebih oleh pelatih Real Madrid saat itu, Zinedine Zidane.
Itulah alasan utama mengapa Hakimi dipinjamkan ke Brussia Dortmund lalu dijual ke Inter Milan dengan harga mahal.
Sekarang Hakimi semakin berkembang dengan menjadi salah satu bek termahal di Dunia saat kepindahannya ke PSG.
Ia diboyong PSG dengan mahar 70 juta euro atau setara 1 triliun rupiah.
Brahim Diaz
Brahim Diaz sengaja didatangkan Real Madrid dari Manchester City lantaran performanya yang begitu menonjol di akademi The Citizens.
Namun, Diaz kesulitan mendapatkan tempat utama di Real Madrid lantaran kalah bersaing dengan deretan gelandang dan pemain sayap Madrid lainnya.
Ia pun akhirnya dipinjamkan ke AC Milan dari musim 2019/2020, mampu tampil bertaji dan memberi kontribusi cemerlang untuk Rossoneri, pemain asal Spanyol itupun kembali dipinjam Milan di musim setelahnya.
Sejak dipinjam dari Los Blancos, Brahim Diaz merupakan pemain andalan AC Milan di lini tengah, meskipun ada Calhanoglu disana, ia tetap mampu bersaing dan diberi kepercayaan lebih oleh pelatih Milan, Stefano Pioli.
Dan di musim ini, Calhanoglu telah hengkang untuk memperkuat tim rival, Inter Milan, Diaz pun semakin dibutuhkan oleh Milan.
Ia kembali dipinjam dari Real Madrid hingga tahun 2023 dengan memakai nomor punggung 10, peninggalan Calhanoglu.
Bisa dibilang sebuah perjudian saat AC Milan memberikan nomor 10 kepada Brahim Diaz.
Umurnya baru 22 tahun, belum lagi dengan statusnya saat ini yang masih pemain pinjaman dari Real Madrid.
Namun, bukan berarti Milan tanpa pertimbangan. Di antara pemain lainnya, Diaz yang paling potensial untuk menggantikan peran Hakan Calhanoglu musim ini.
Pemain asal spanyol tersebut, mempunyai kaki kiri dan kanan yang sama baiknya, hal tersebut membuat dia dapat bermain di sisi kiri, kanan, dan tengah dengan efektif.
Musim ini, Diaz mampu menjawab kepercayaan lebih yang diberikan oleh Pioli, ia mampu tampil impresif dan membawa Milan berada di peringkat 2 klasemen Liga Italia dengan torehan 16 poin.
Ia juga mampu menyumbangkan 4 gol dan 2 assist dari 8 pertandingan di seluruh kompetisi bersama Milan musim ini.
Martin Odegaard
Martin Odegaard dikenal dunia berkat kemunculannya di tahun 2015 dengan titel wonderkid asal Norwegia.
Seiring berjalannya waktu, Odegaard gagal memenuhi ekspektasi dan lebih sering dipinjamkan dari satu klub ke klub yang lain.
Beruntung bagi Odegaard karena ada Arsenal yang masih membutuhkan jasanya untuk memperkuat lini tengah klub asal London tersebut.
Arsenal dan Real Madrid sepakat melakukan transfer pada Agustus 2021 lalu dengan klausul pembayaran sebesar 35 juta euro.
Ia pun mampu tampil konsisten bersama Arsenal dengan menjadi andalan di lini tengah The Gunners.
Formasi 4-2-3-1 yang jadi andalan Arteta, butuh seorang playmaker yang mampu menguasai ruang antar lini guna memperlancar aliran bola dalam fase menyerang The Gunners.
Progresi serangan yang diterapkan Mikel Arteta kerap dimulai dari lini belakang, dengan mengutamakan ball possesion.
Itu membuat Arteta membutuhkan sosok gelandang yang dapat mengontrol bola dengan baik dan memiliki kualitias passing yang mumpuni, sehingga dapat menjadi penghubung dari lini bertahan ke lini serang.
Dan sosok gelandang tersebut adalah Martin Odegaard.
Akurasi passing Odegaard per pertandingan bersama The Gunners musim ini mencapai 36.3 (88%).
Itu menjadi yang tertinggi dari gelandang Arsenal lainnya.
Kelebihan Odegaard yang tak dimiliki gelandang The Gunners lainnya adalah kemampuannya menemukan ruang di lini tengah dan pertahanan lawan.
Odegaard juga mempunyai kemampuan teknis untuk mengirim umpan terobosan dengan bola chip, teknik tersebut dapat membuka ruang sempit yang ada di pertahanan lawan.
Kemampuannya tersebut sangat membantu para penyerang Arsenal, khususnya ketika sudah berada di area sepertiga akhir lawan.
Itu juga menjadi salah satu alasan mengapa sejak adanya Odegaard, Arsenal mampu menciptakan peluang yang lebih banyak.
Fabinho
Fabinho dapat dikatakan tak beruntung saat memperkuat Real Madrid di usia muda.
Pada tahun 2013, Fabinho merupakan pemain pinjaman Real Madrid Castilla dari klub asal Portugal, Rio Ave.
Saat itu Fabinho berposisi sebagai bek kanan untuk Real Madrid Castilla.
Atas penampilannya tersebut, ia pun mendapat promosi untuk bermain di tim utama Los Blancos.
Jose Mourinho pun sangat puas dengan kemampuan dan performa Fabinho, ia menganggap Fabinho sebagai pemain muda berbakat.
Mourinho sempat meminta pihak klub untuk mempermanenkan sang pemain.
Namun, di musim tersebut ternyata Mourinho dipecat oleh Real Madrid, posisinya digantikan oleh Carlo Ancelotti.
Sang nahkoda baru Los Blancos itupun tak menganggap Fabinho sebagai pemain yang spesial, akhirnya pemain asal Brasil tersebut dikembalikan ke klub lamanya.
Lalu, Fabinho yang memang pemain berbakat kembali dipinjamkan Rio Ave ke tim asal Prancis AS Monaco pada tahun 2013 sebelum akhirnya dipermanenkan dua tahun setelah masa peminjaman.
Tampil cemelang bersama AS Monaco mebuat Liverpool tertarik untuk memboyongnya, mahar sebesar 45 juta euro berani dikeluarkan The Reds untuk memboyongnya ke Anfield di tahun 2018.
Saat ini, Fabinho menjadi pemain kunci bagi Liverpool, perannya di lini tengah begitu cemerlang dan tak tergantikan.
Fabinho pun mampu mendatangkan gelar Liga Champions dan Liga Primer Inggris untuk The Reds.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)