TRIBUNNEWS.COM - Liverpool sukses mengandaskan perlawan Atletico Madrid dalam pekan ketiga Grup B Liga Champions, Rabu (20/10/2021) dini hari WIB.
Pada partai yang digelar di kandang Ateltico Madrid, Wanda Metropolitano tersebut, Liverpool berhak membawa pulang tiga poin berkat kemenangan dengan skor 2-3.
Gol-gol Liverpool berhasil dicetak oleh Mohamed Salah pada menit ke 8' dan 78' serta Naby Keita pada menit ke 13'.
Atas hasil itu, The Reds berada di puncak klasemen Grub B Liga Champions musim ini dengan torehan 9 poin.
Liverpool sukses meraih 3 kemenangan dari 3 pertandingan yang mereka jalani, begitu perkasa.
Baca juga: Hal Menarik Saat Atletico Takluk dari Liverpool, Simeone Ngibrit, Klopp Singgung Kemenangan Kotor
Baca juga: Fakta Laga Atletico Madrid vs Liverpool: Gol Penting Salah & Statistik Aneh Griezmann
Tim asuhan Jurgen Klopp unggul 5 poin dari pesain terdekat mereka, Atletico Madrid. Raksasa Spanyol tersebut hanya mampu mengumpulkan 4 poin dari 3 pertandingan.
Langkah The Reds di Liga Champions musim ini begitu mempesona, kemenangan meyakinkan selalu berhasil mereka raih.
Padahal, tim-tim yang dihadapi bukanlah tim sembarangan. AC Milan, FC Porto, dan Ateltico Madrid merupakan tim raksasa di liganya masing-masing. 'Grup neraka' pun menjadi identitas grup yang dihuni oleh Liverpool dan klub yang disebutkan di atas.
Di pertandingan pertama, Liverpool berhasil mengalahkan AC Milan yang sedang tampil bagus-bagusnya di Serie A, tim asuhan Pioli dipermalukan di Anfield dengan skor 3-2.
Di pertandingan kedua, The Reds juga mampu mempertahankan gairahnya.
Melawan FC Porto yang tak pernah kalah di kandang selama setengah tahun lamanya, Liverpool dengan ganas mampu membantai tim yang bermarkas di Stadion do Dragao dengan skor 1-5.
Dan kemenangan Liverpool atas Atletico Madrid tadi malam kembali menunjukan bahwa Jordan Henderson serta kolega sedang berada dalam top performa yang siap (kembali) memenangkan Liga Champions di musim ini.
Kembalinya Virgil van Dijk
Kembalinya seorang Virgil Van Dijk setelah cedera panjang yang ia alami menjadi faktor penting dalam performa apik Liverpool musim ini.
Van Dijk memberikan rasa aman di pertahanan Liverpool dengan menjadi pemimpin di barisan belakang.
Pemain asal Belanda tersebut handal dalam urusan membaca alur bola, memenangkan duel dan menutup pergerakan lawan.
Dilansir Fbref, aerials won Van Dijk berada di angka 4.00 per pertandingan, tertinggi diantara pemain Liverpool lainnya, catatan merebut bolanya juga sangat baik, 80% pergerakan lawan berhasil direbut oleh Van Dijk.
Tak cuma handal dalam bertahan, pemain berusia 30 tahun tersebut juga menjadi sosok penting bagi The Reds dalam hal membagi bola, itu sangat membantu Liverpool untuk membangun serangan dari belakang.
Catatan umpan bawah sukses berada di angka 98,1%, sedangkan umpan udara berada di angka 79,4%.
Kelebihan Van Dijk sangat efektif dalam Liverpool untuk menguasai pertandingan, Liverpool mencatatkan penguasaan bola 68,2% di musim ini.
Dengan kelebihannya tersebut, ia juga aktif mengirim umpan diagonal ke depan untuk memberi bola ke wingback Liverpool yang aktif membantu serangan.
Moncernya Mohamed Salah
Lancarnya alur serangan Liverpool juga memberi impact untuk moncernya performa Mohamed Salah, pemain asal mesir tersebut berhasil tampil bertaji musim ini.
Dua gol Salah ke gawang Atletico Madrid membuat namanya tercatat sebagai top skor Liverpool sepanjang masa di Liga Champions dengan torehan 31 gol.
Salah berhasil melewati torehan Steven Gerrard yang hanya mampu menciptakan 30 gol.
Yang lebih spesial, pemain berpostur 175 cm tersebut mampu mengumpulkan pundi-pundi 31 gol hanya dari 48 pertandingan.
Sedangkan sang legenda membutuhkan 87 pertandingan untuk mampu mencetak 30 gol ke gawang lawan.
"Setelah dua gol yang dia (Salah) buat, kebanyakan orang tiba-tiba berpikir bahwa dia bisa menjadi pemain terbaik di dunia itu sedikit aneh," Kata Jurgen Klopp.
"Dia mampu mencetak gol seperti ini dan telah tampil selama bertahun-tahun di level yang luar biasa,"
"Perhatian utama saya adalah dia akan melakukannya lagi dan lagi dari apa yang telah dia lakukan sejauh ini," tungkas juru taktik asal Jerman tersebut.
Dilansir Fbref, Dari tiga pekan berjalannya Liga Champions, Salah hanya mencatatkan 0,66 xG per pertandingan dengan torehan 4 gol.
Itu menunjukkan bahwa Salah tak terlalu membutuhkan peluang besar untuk mencetak gol, ia mampu mencatatkan namanya di papan skor dengan peluang seminimum mungkin.
Apalagi ditambah dengan kemampuan dribel dan kecepatannya, itu menguntungkan Salah untuk menciptakan peluangnya sendiri dan tak bergantung pada peran rekan-rekannya.
Efektifitas Roberto Firmino
Roberto Firmino menderita cedera dalam pertandingan melawan Chelsea di ajang Liga Primer Inggris pada, Sabtu (28/8/2021) malam WIB.
Sang pemain pun harus menepi selama dua minggu dan tak bermain di beberapa pertandingan Liverpool termasuk saat menghadapi AC Milan di Liga Champions.
Namun, saat kembali bermain, ia tak menunggu waktu lama untuk menunjukkan magisnya di lapangan.
Masuk di babak yang kedua, pemain asal Brasil tersebut langsung menyumbangkan 2 gol saat Liverpool bertandang ke stadion FC Porto.
Ia pun kembali menjadi andalan Klopp di pertandingan yang dijalani Liverpool, dengan menggeser Diogo Jota untuk kembali duduk di bangku cadangan.
Meski tak mencetak gol ke gawang Atletico Madrid tadi malam, namun peran Firmino begitu efektif, ia menjadi pemain yang tampil 90 menit untuk The Reds di laga tersebut.
“Peran Roberto Firmino tidak termuat dalam statistik, Anda hanya harus menonton dan menikmatinya bermain," kata koresponden olahraga ESPN asal Brasil, Natalie Gedra.
"Kadang saya pikir dia kurang mendapat apresiasi lantaran catatan statistiknya, tetapi dia melakukan hal yang lebih daripada itu,” lanjutnya.
Apa yang dilontarkan oleh Gedra memang benar adanya, Firmino adalah pemain yang berada dalam bayang-bayang Mane dan Salah, ia tidak egois, dan kecerdasannya harus diliat langsung saat dia sedang bermain.
Firmino memainkan peran sebagai pemain yang berdiri di antara barisan gelandang dan barisan pertahanan lawan.
Peran ini memberikan dua keuntungan bagi skema yang diusung oleh Jurgen Klopp.
Yang pertama, adanya Firmino di posisi tersebut membuat jarak antar lini Liverpool tidak terlalu jauh, ia menjadi jembatan antara lini tengah dan depan The Reds.
Yang kedua, Firmino memberikan ruang bagi Mo Salah dan Sadio Mane untuk merangsek masuk ke dalam kotak penalti lawan.
Bagi Firmino, mencetak gol dan assist hanya hasil akhir, melihat caranya bermain yang membuat Firmino begitu spesial.
Menjadi penyerang tengah hanya soal posisi dalam susunan pemain, tugas seorang penyerang sebagai mesin gol tidak menjadi tanggung jawab dia.
Itu membuat Firmino berkembang menjadi pemain kreatif dan tidak egois.
Ia tak segan memberi umpan kepada Mane dan Mo Salah ketika memiliki kesempatan lebih baik untuk mencetak gol, tugasnya memang demikian.
Itulah yang menjadi alasan seorang Firmino mampu menjadi penyerang tengah yang maksimal dalam taktik Klopp, ia adalah sutradara dalam skema mantan pelatih Brussia Dotrmund tersebut.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)