News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Super Pandit

Kriteria dan Gairah Pemain yang Dibutuhkan Antonio Conte, Skuat Tottenham Sudah Cukup?

Penulis: deivor ismanto
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Antonio Conte

TRIBUNNEWS.COM - Pelatih-pelatih bernama besar selalu memiliki kriteria sendiri dalam menyusun skuat terbaiknya.

Tak terkecuali dengan Antonio Conte yang saat ini baru saja menukangi tim Liga Inggris, Tottenham Hotspur.

Conte datang ke White Hart Lane untuk menggantikan Nuno Espirito Santo yang dipecat Tottenham usai kekalahan memalukan dari Manchester United.

Baca juga: Stempel Antonio Conte Bagi Laga Debutnya Bersama Tottenham: Ini Adalah Laga yang Gila

RESMI LATIH TOTTENHAM- Antonio Conte secara resmi diumumkan menjadi manajer Tottenham Hotspur, Selasa (2/11/2021). (Twitter/Fabrizio Romano)

Baca juga: Skenario Awal Antonio Conte di Tottenham Hotspur: Daratkan Zlatan ibrahimovic Jilid II

Pria asal Italia itupun telah melakukan debutnya saat The Lilywhites tampil dalam ajang Europa Conference League melawan Vitesse pada (5/11/2021).

Debut kepelatihan Conte bersama Tottenham mampu menyumbangkan tiga poin untuk tim asal London tersebut. Hasil yang sewajarnya mampu ia raih.

Ya, Conte memang dikenal sebagai pelatih hebat, dia memulai karier kepelatihannya di klub besar eropa sejak tahun 2011.

Total tujuh musim ia menukangi Juventus, Chelsea, dan Inter Milan. Dari tiga tim elit tersebut, Conte sukses meraih lima gelar liga, satu piala FA, dan satu kali lolos ke partai Liga Europa.

Catatan hebatnya, dilansir Squawka, selama karir kepelatihannya, Conte selalu berhasil mencatatkan persentase kemenangan di atas 60%.

Catatan tersebut semakin membuktikan bahwa ia adalah pelatih yang memiliki mental pemenang.

Conte adalah pelatih yang sangat idealis terhadap sistem bermain yang ia usung. Ia selalu bermain menggunakan pakem tiga bek sejajar dengan sistem 3-4-3 atau 3-5-2.

Untuk itu, dalam memaksimalkan skema yang ia usung tersebut, Conte membutuhkan sederet nama yang bermain sesuai selera dan kriteria yang ia punya.

Kriteria itu dapat dilihat dari tiga kesebelasan yang ia tukangi sebelum mendarat ke White Hart Lane untuk menukangi The Lilywhites.

Gelandang bertahan pendistribusi bola

Conte selalu bermain dengan satu gelandang bertahan yang handal dalam mengatur tempo dan mendistribusikan bola.

Peran gelandang tak hanya menjadi seorang yang berdiri di depan tiga bek sejajar untuk menghalau serangan lawan, namun juga cerdas dalam memberi kenyamanan menjaga bola di tengah.

Ketika di Juventus Conte memiliki Pirlo, maka di Chelsea ia sangat memeprcayakan Matic untuk menjadi jendral di lini tengah.

Andrea Pirlo, salah satu pilar Juventus sedang membawa Piala kemenangan Liga Italia (zimbio)

Pirlo adalah maestro, kecerdasannya dalam mendistribusikan bola dari tengah berada di atas rata-rata gelandang bertahan lain.

Begitu juga Matic, meski tak sementereng Pirlo, pemain yang kini berseragam Manchester United tersebut adalah seorang gelandang bertahan yang moncer dalam urusan mengatur tempo.

Hampir di setiap pertandingan Matic selalu mengisi 11 utama pilihan Conte.

Perannya di tengah bersama Kante begitu diandalkan, jika Kante adalah box to box yang pekerja keras, maka Matic sebagai seorang pivot yang menjadi kunci aliran bola Chelsea di tengah.

Di Tottenham sendiri, Conte belum memiliki gelandang bertahanan yang kuat dalam urusan membagi bola.

Bursa transfer tahun depan jelas akan dimanfaatkan Conte untuk membidik kriteria gelandang bertahannya tersebut.

Dilansir Calciomercato, nama Franck Kessie, regista handal milik AC Milan, masuk dalam daftar belanja yang ingin Conte boyong menuju White Hart Lane.

Penyerang berpostur ideal

Di lini depan, Conte selalu memiliki stiker berpostur tinggi besar yang handal dalam bola-bola udara dan berduel di kotak penalti.

Tak jauh-jauh, Lukaku adalah contoh paling nyata dari kriteria striker yang ia godok menjadi bomber di lini depan.

Jika di Manchester United Lukaku mengalami paceklik, penampilannya di Inter Milan begitu tajam.

Sempat dianggap terlalu mahal saat mendarat di San Siro, nyatanya polesan tangan dingin Conte mampu membuat Lukaku menjadi penyerang sohor yang namanya disejajarkan bersama Ronaldo dan Immobile di Liga Italia musim lalu.

Penyerang Belgia Inter Milan Romelu Lukaku melakukan selebrasi setelah membuka skor pada pertandingan sepak bola Serie A Italia Inter Milan vs Sassuolo pada 7 April 2021 di stadion San Siro di Milan. Isabella BONOTTO / AFP (Isabella BONOTTO / AFP)

Dari 44 pertandingan bersama Inter Milan di musim 2020/2021, pria asal Belgia itu sukses mencetak 30 gol dan 10 assist untuk Nerazzurri.

Itu saat Conte berada di Inter Milan, ketika dirinya menukangi Juventus dan Chelsea, Conte mempercayakan juru gedornya kepada LIorente dan Diego Costa.

Kedua striker tersebut dikenal garang di kotak penalti sekalgius memiliki fisik yang tinggi dan kekar.

Kriteria striker yang dipilih Conte tersebut guna memaksimalkan skemanya yang juga mengandalakan dua wing back cepat yang aktif melalukan umpan silang dan lambung ke dalam kotak penalti.

Di Tottenham, Conte sudah memiliki Harry Kane yang memiliki striker berpostur ideal di depan.

Namun, menurunnya performa sang striker serta kencangnya rumor kepindahan Kane ke Manchester City, membuat Conte tertarik untuk mendatangkan Dusan Vlahovic dari Fiorentina.

Wing back cepat dan handal mengirim umpan

Dalam skema tiga bek bek milik Conte, ia membutuhkan dua wing back cepat yang memiliki naluri menyerang mumpuni.

Saat di Chelsea, ia menyulap Victor Moses yang sebelumnya merupakan seorang striker, menjadi pemain wing back yang aktif membantu serangan lewat kemampuan fenetrasi dan kecepatannya.

Dan benar saja, nama Moses pun melambung, peran baru yang diberikan Conte membuat ia menjadi sosok penting di penyerangan Chelsea lewat sisi kanan.

Victor Moses (zimbio.com)

Karirnya yang biasa-biasa aja selama bermain di Liga Inggris mampu dibuat Conte menjadi wing back handal yang meraih satu gelar Liga Inggris.

Itu di Chelsea, saat di Inter Milan, juru taktik berusia 52 tahun tersebut begitu mengandalkan peran Hakimi dan Ashley Young.

Nama yang disebutkan kedua sempat ramai diremehkan, datang di San Siro pada usia 34 tahun dan dianggap tak berhasil di Manchester United, Conte justru mampu menjadikan Young sebagai wing back yang rajin menyumbang assist.

Pemain yang kini berkostum Aston Villa tersebut menjadi andalan di sisi kiri penyerangan Inter Milan era Conte.

Kejeliannya dalam mengirim umpan diandalkan Conte untuk melayani dua striker Nerazzurri Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez.

Bermain selama dua musim bersama Inter Milan, Young sukses menyumbangkan 10 assist dan 5 gol. Catatan yang impresif untuk pemain uzur yang dibuang oleh tim lamanya.

Untuk menambang amunisi wing backnya, Conte dikabarkan tertarik untuk mendatangkan Manuel Lazzari dari Lazio.

Saat Lazio masih ditukangi Simone Inzaghi, Lazzari adalah wing back cepat yang diandalkan Inzaghi untuk menyerang dari sisi kanan.

Sumbangan 10 assist mampu ia berikan selama dua musim berkostum Lazio dibawah komando juru taktik yang kini menakhkodai Inter Milan tersebut.

Tak heran jika Conte bernafsu untuk mendaratkan Lazzari ke White Hart Lane, gaya permainan dan atributnya cocok untuk skema yang Conte usung.

(Tribunnews.com/Deivor)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini