Konsekuensi dari FA untuk tim Inggris yang tidak mematuhi aturan tersebut adalah dibatasinya jumlah pemain yang mereka daftarkan.
Dari 25 kuota, mereka hanya bisa mendaftarkan 17 pemain.
Hal tersebutlah yang membuat beberapa tim Inggris kelabakan dan mengakali peraturan tersebut.
Salah satunya Manchester United, Setan Merah rela merekrut kiper tua hanya untuk memenuhi kuota pemain homegrown yaitu Lee Grant dan Tom Heaton.
Angelino, adalah salah satu pemain yang paling merasakan dampak negatif dari peraturan tersebut.
Di tahun 2019, pemain yang berposisi sebagai bek kiri tersebut direkrut Manchester City dari PSV hanya untuk memenuhi kuota pemain homegrown.
Hasilnya, di musim tersebut Angelino hanya diberi kesempatan bermain sebanyak enam kali untuk The Citizen.
Di musim berikutnya, pemain berusia 24 tahun tersebut akhirnya memilih untuk hengkang ke RB Leipzig, dan menjadi pemain andalan disana.
Klub-klub yang mampu mempromosikan para pemain akademi mereka secara reguler ke tim utama akan lebih mudah untuk berhadapan dengan peraturan homegrown ini.
Arsenal adalah contohnya, sejak bermusim-musim lalu tim asal London ini sudah sering memenuhi kuota 25 pemainnya dengan nama-nama dari jebolan akademi mereka.
Di musim ini, nama-nama seperti Ainsley Maitland-Niles, Hector Bellerin, Joe Willock, Eddie Nketiah dan Bukayo Saka jadi jebolan akademi mereka yang ada di skuad utama.
Peraturan pemain homegrown inilah yang menjadi alasan utama tingginya harga pemain-pemain Inggris.
Sebab, harga mereka tak hanya perihal kemampuan taktis saja, tetapi juga karena mereka bisa memenuhi kuota homegrown sehingga klub tersebut tidak mendapatkan sanksi.
Nama-nama seperti Harry Maguire, Ben Davies dan Jack Grealish adalah contoh nyata betapa mahalnya pemain homegrown.