"Pada bulan September 2020 dia memohon untuk mendapatkan tambahan dan telah dipenuhi menjadi 40 persen untuk bulan september. Jadi, tidak ada yang tidak diakomodir keinginan pemain. Soal sekolah anak, yang dia keluhkan, itu bukan tanggungan klub, karena di kontrak memang tidak dicantumkan," sambung pemuda yang bergabung dengan manajemen TIRA Persikabo tahun 2018 ini.
Permasalahan dengan Alex pun membuat Bimo kecewa berat.
Pihak manajemen selalu mengutamakan penyelesaian terbaik dengan jalan musyawarah.
Semua pemain Persikabo 1973 pun telah menyepakati apa yang menjadi kebijakan klub.
“Kami selalu mengedepankan penyelesaian masalah dengan cara terbaik melalui musyawarah. Namun, Alex justru memilih cara yang lain. Sebagai klub profesional, kami juga tidak mau dipermalukan dan diinjak-injak pemain asing. Kami mengambil tindakan untuk menjaga martabat kami dan marwah klub profesional di tanah air,” tegas Bimo.
Tak hanya laporan untuk pencemaran nama baik klub, Bimo juga melaporkan Alex atas pencemaran nama baik dirinya.
Pernyataan Alex membuat nama Bimo menjadi jelek di persepakbolaan Indonesia.
"Secara pribadi nama saya pun ikut tercemar dan bisa menjadi catatan negatif buat karier saya. Padahal, semua kebijakan yang diambil klub selalu mengacu pada regulasi yang ada," ujar Bimo.
Padahal selama mengurusi TIRA Persikabo akhir 2018 lalu, semua urusan dengan pemain lokal ataupun asing berjalan lancar. (m21)