TRIBUNNEWS.COM - Perubahan besar di Manchester United sejauh ini masih belum berhenti.
Setelah datangnya Ralf Rangnick sebagai Manajer interim, John Murtough yang menunjuk pria asal Jerman ini memberikan kebebasan untuk mendatangkan pemain di bulan Januari.
Susunan staff Setan Merah juga mengalami beberapa perubahan.
Setelah Sascha Lense didatangkan dari RB Leipzig, sebagai psikolog untuk klub, nama lain didatangkan oleh pria asal Jerman ini.
Terkini, satu nama yang mungkin terdengar asing, akan hadir di jajaran asisten pelatih Ralf Rangnick.
Chris Armas adalah nama yang ditunjuk untuk menjadi salah satu asisten dari Ralf Rangnick.
Baca juga: 6 Tim Berpeluang Jadi Lawan Manchester United, Undian Atau Drawing Babak 16 Besar Liga Champions
Baca juga: Paris Saint-Germain Tak Kendor Ingin Menggaet Anthony Martial Dari Manchester United
Namanya, terdengar asing di sepak bola Eropa, bahkan suara sumbang sudah hadir sebelum kehadirannya datang ke Old Trafford.
Pasalnya, Chris Armas akan menggantikan sosok Michael Carrick, yang mengundurkan dirinya pasca-laga melawan Arsenal.
Selain itu, Chris Armas juga berstatus tanpa klub, setelah terakhir kali melatih Toronto FC di MLS, dan dipecat setelah klubnya dihajar 7-1 oleh DC United.
Tetapi, Rangnick punya alasan mengapa Armas, menjadi kandidat tepat untuk menjadi asistennya.
Chris Armas adalah pria asli New York, usianya baru 49 tahun, dan merupakan bagian dari Tim Amerika Serikat di Piala Dunia 2002.
Sama seperti Rangnick, pendekatannya juga cukup ekstreme di kalangan pelatih Amerika Serikat.
Kala bersama Toronto FC, ia sering memainkan sepakbola dengan terus menekan selama 90 menit, namun taktik ini gagal karena timnya memiliki rata-rata tertua di MLS, sehingga sulit untuk mengikuti cara bermainnya.
Rangnick pertama kali bertemu dengan Armas kala Chris masih menjadi bagian dari New York Red Bull, di mana saat itu, Rangnick bertanggung jawab untuk semua kesebelasan di bawah Red Bull.
Filosofi yang diterapkan juga sama, fungsinya, untuk membangun jaringan internasional dari tiap negara dan menemukan pemain-pemain potensial.
Menariknya, Chris Armas akan ditugaskan oleh Rangnick, untuk membantunya menganalisis lini tengah Manchester United yang jadi sorotan di era Solskjaer.
Tidak mengejutkan, mengingat Armas adalah sosok gelandang ketika aktif bermain.
Pendekatan Chris Armas sederhana, gelandang tidak harus terus mengandalkan kemampuan fisik, tetapi aspek menguasai ruang jauh lebih penting.
Ironisnya, pendekatan ini gagal di MLS, karena Toronto FC tidak punya gelandang mumpuni dengan cara bermain yang ia miliki.
Lalu bagaimana di Manchester United?
Kita sudah melihat bagaiman Fred, sangat menjanjikan di bawah Rangnick, ia bukan lagi gelandang yang menjadi bulan-bulanan pasca laga dengan meme di media sosial.
Di laga terakhirnya Fred menunjukkan bahwa dirinya adalah gelandang yang sangat penting, cerdas dalam bergerak dan taktis secara permainan.
Baca juga: Jangan Mimpi Raih Scudetto Liga Italia, AC Milan-nya Stefano Pioli Masih Saklek
Permainannya seolah menutup semua kritikan yang menyebutnya sebagai titik lemah Manchester United.
Semakin manis karena Fred mencetak gol indah kala menghadapi Crystal Palace di Old Trafford.
Namun, masalahnya, kini ada pada Scott McTominay.
Gelandang asal Skotlandia ini masih kehilangan fokus kala transisi, dan lebih banyak kehilangan bola.
Namun, bukan berarti McTominay tidak bisa berkembang, sama seperti Fred, posisi aslinya adalah gelandang serang, transisinya dalam menyerang masih cukup baik meskipun kesulitan ketika dari menyerang ke bertahan.
Ini yang akan menjadi fokus dari Chris Armas, untuk membangun gelandang yang memiliki visi bermain sesuai dengan permintaan Rangnick.
Rangnick sekali laga adalah sosok yang sangat meminta lebih dari 100 persen dari para pemainnya, termasuk Fred dan McTominay.
Maka, menarik melihat dalam beberapa pekan ke depan apa yang dilakukan Chris Armas di Old Trafford untuk menyesuaikan dengan keingnan Rangnick.
(Tribunnews.com/Gigih)