Dalam skema tersebut, dengan kontrol bola dan teknik yang dimiliki Asnawi, ia dapat membuat lini tengah Garuda lebih kuat dan variatif.
Pergerakan Asnawi ke tengah juga membuat Indonesia unggul jumlah pemain di tengah pada fase awal serangan.
Evan Dimas/Witan dan Ricky Kambuaya sebagai gelandang bisa naik ke area yang tinggi.
Asnawi dan Rahmat Irianto mengisi lini tengah untuk membangun serangan dari bawah.
Evan Dimas dan Witan Sulaeman lebih dibutuhkan di fase akhir serangan dengan kemampuannya dalam mengirim umpan dan menciptakan peluang berbahaya.
Hasilnya pun ciamik, permainan Indonesia begitu cair dan efektif dalam membongkar pertahanan Laos dan Malaysia
Khusunya saat melawan Laos, Indonesia berhasil mendapatkan ball possesion sebanyak 68% dan passing sejumlah 588 dengan akurasi 81%.
Timnas Garuda mampu menguasai jalannya pertandingan dari menit awal hingga akhir, keunggulan jumlah pemain timnas di lini tengah membuat para pemain Indonesia dapat leluasa mengurung pertahanan Laos.
Begitu juga untuk lini depan, dengan menempatkan Dedik Setiawan sebagai striker serta diapit oleh Irfan Jaya dan Evan Dimas, Timnas Garuda bermain dengan keseimbangan dan sangat efisien.
Ketika kehilangan bola, Evan Dimas bakal turun untuk membuat Indonesia unggul jumlah di lini tengah, sementara ketika bertransisi dari bertahan ke menyerang, ia menjadi pusat serangan bersama Dedik Setiawan.
Dengan adanya Egy dan Dedik di sisi kanan dan tengah, Evan Dimas dengan mudah bisa mendistribusikan bola kepada kedua pemain yang pintar dalam mencari ruang untuk dapat dieksploitasi.
Munculnya Ricky Kambuaya dari lini kedua juga membuat serangan timnas begitu kaya, para pemain Loas dibuat kerepotan dalam menjaga kedalaman dan menjaga para pemain Garuda.
Gol keempat Indonesia adalah contohnya, Kambuaya yang bergerak menyamping memberi umpan back heels kepada Witan yang berlari menusuk.
Para bek Taiwan yang terlalu fokus kepada pergerakan Witan, dimanfaatkan oleh Ezra Walian yang datang secara tiba-tiba.