TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA- Final Piala AFF digelar dalam dua leg. Termasuk pada final yang digelar musim ini, leg pertama digelar Rabu ini (29/12/2021) dan leg kedua digelar pada Sabtu tanggal 1 Januari 2022.
Meski digelar dalam dua leg, namun rata-rata pertandingan final Piala AFF banyak ditentukan oleh hasil pada salah satu leg.
Dalam catatan pertemuan laga final AFF, Leg pertama juga sangat vital untuk keberhasilan sebuah tim memenangkan gelar juara Piala AFF.
Pada Penyelenggaraan Piala AFF 2018 saat final mempertemukan Malaysia dan Vietnam pada leg pertama pertandingan berakhir imbang 2-2. Kemudian Vietnam menjadi juara setelah pada leg kedua menang dengan skor 1-0. Sehingga skor agregat Vietnam menang 3-2.
Pada final edisi sebelumnya pada 2016, final antara Indonesia dengan Thailand. Pada leg pertama, Indonesia menang dengan skor 2-1, namun pada leg kedua Indonesia kalah 2-0. Sehingga skor agregat Thailand juara dengan menang 3-2 atas Indonesia.
Pada final edisi 2014, ketika Malaysia dan Thailand bertemu di final, Thailand menang dengan skor 2-0 pada leg pertama. Kemudian pada leg kedua, Malaysia menang dengan skor 3-2. Sehingga skor agregat, Thailand tetap unggul 4-3.
Pada final 2012, final Piala AFF ditentukan oleh hasil leg pertama saat Singapura menang 3-1 atas Thailand. Meski pada leg kedua, Thailand menang 1-0, skor agregat Singapura menang 3-2.
Pada final 2010, saat mempertemukan Indonesia dan Malaysia, Malaysia menang pada leg pertama dengan skor 3-0. Sehingga meski pada leg kedua, Indonesia menang dengan skor 2-1 itu tidak cukup membawa Indonesia juara. Malaysia menang dengan skor agregat 4-2.
Pada final 2008, saat final mempertemukan Thailand dan Vietnam, Thailand kalah 1-2 pada leg pertama. Dan pada leg kedua skor berakhir 1-1 sehingga Vietnam keluar sebagai juara karena menang agregat 3-2.
Di final 2007, ketika mempertemukan finali Singapura dan Thailand, Singapura menang 2-1 pada leg pertama, lalu pada leg kedua berakhir imbang 1-1 sehingga skor agregat Singapura menang 3-2.
Di final 2004, Indonesia menghadapi Singapura, skor leg pertama Indonesia kalah 1-3, dan pada leg kedua Indonesia kembali kalah 1-2 sehingga skor agregat, Singapura menang dengan skor 5-2.
Tahun 2004 merupakan tahun pertama final Piala AFF digelar dalam dua leg. Pada turnamen sebelumnya digelar satu kali.
Pada 2002, Indonesia kalah adu penalti dari Thailand dengan skor 2-4. Setelah laga berakhir 2-2 dalam waktu normal dan babak perpanjangan waktu.
Pada 2000, Thailand menang atas Indonesia dengan skor 4-1 di laga final. Saat Worrawoot Srimaka mencetak hattrick untuk Thailand.
Pada 1998, final mempertemukan Vietnam dengan Singapura. Singapura keluar sebagai juara dengan kemenangan 1-0.
Pada edisi pertama pada 1996, Final mempertemukan Thailand dan Malaysia. Kiatisuk Senamuang mencetak gol kemenangan saat menaklukkan Malaysia dengan skor 1-0 di final.
Indonesia menuju juara Piala AFF Suzuki Cup 2020. Timnas Garuda akan menghadapi Thailand dalam dua laga final.
Jika unggul dalam dua laga ini, Evan Dimas dan kawan-kawan akan mencetak sejarah baru di ajang turnamen Piala AFF.
Final leg pertama akan digelar hari ini di Stadion The National Singapura, Rabu (29/12) ini. Sedangkan leg kedua akan digelar Sabtu (1/1) pukul 19.30 WIB
Ini adalah laga final Keenam yang pernah ditorehkan timnas Indonesia dalam sejarah turnamen Piala AFF.
Sebelumnya, perjuangan Indonesia pernah sampai final pada edisi 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016. Meski sering menembus final Piala AFF, Indonesia belum pernah keluar sebagai juara.
Sebaliknya, Thailand, merupakan tim tersukses di sepanjang sejarah Piala AFF. Mereka telah merasakan menjadi juara 5 kali yaitu pada 1996, 2000, 2002, 2014, dan 2016.
Dari lima gelar yang telah dikoleksi, tiga di antaranya mereka raih setelah mengalahkan Indonesia di final, yakni pada edisi 2000, 2002, dan 2016.
Melihat rekam jejak Indonesia yang belum pernah jadi juara dan Thailand tim terbanyak meraih juara, Manajer Indonesia, Shin Tae-yong tidak berkecil hati.
“Bola itu bulat. Tak ada yang tahu siapa yang akan menang,” tutur Shin Tae-yong menyikapi laga final Piala AFF 2020 dalam wawancara via telepon dengan media Korea Selatan, News 1 dikutip dari kompas.com.
Shin Tae-yong hanya selangkah lagi bisa mengantarkan Indonesia kepada pencapaian bersejarah, yakni dengan menjadi juara Piala AFF untuk pertama kali. Dia akan berjuang untuk bisa mengantar Indonesia menjadi juara.
Walau begitu, pelatih asal Korea Selatan berusia 51 tahun tersebut kembali menegaskan proyek jangka panjang, yang tentunya tak kalah penting.
“Andai pergantian generasi ini berjalan baik, maka 10 tahun ke depan sepak bola Indonesia bisa menjadi lebih bagus,” tutur Shin Tae-yong kepada News 1.
Piala AFF 2020 memang menjadi kesempatan Shin Tae-yong untuk meretas generasi baru timnas Indonesia.
“Saya ingin menciptakan kerangka kerja untuk pembangunan berkelanjutan daripada hasil instan. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa,” ujar Shin Tae-yong menambahkan.
Pada Piala AFF Suzuki Cup 2020, Thailand menyandang status tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit. Skuad Gajah Perang juga belum terkalahkan. Catatan itu membuat Thailand masih difavoritkan untuk menjadi juara.
Meski difavoritkan, Alexandre Polking, pelatih timnas Thailand tetap merendah dan menganggap Indonesia sebagai tim yang patut diwaspadai.
Dia mengatakan bahwa Indonesia juga memiliki potensi. Dia menyadari itu setelah melihat penampilan skuad Garuda pada tiga laga terakhir di Piala AFF 2020.
"Saya tidak berpikir ada tim yang lebih difavoritkan ketika sampai di final," kata Alexandre Polking.
"Jelas, kami mencapai final dengan reputasi bagus, tapi saya menyaksikan tiga laga yang dimainkan Indonesia secara langsung di stadion, ketika mereka melawan Malaysia dan dua semifinal (kontra Singapura)," ujar Alexandre Polking.
"Kami tahu mereka bisa menjadi sangat berbahaya. Mereka punya pemain yang sangat cepat. Mereka juga bermain sangat agresif."
"Kami sangat menghormati mereka dan kami tahu itu (final) akan kembali menjadi dua laga yang sangat berat," tutur pelatih kelahiran Brasil tersebut.
Ketika Thailand menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit, Indonesia datang ke final dengan status tim tersubur.
Skuad Garuda besutan Shin Tae-yong tercatat telah membukukan total 18 gol sejak fase grup hingga dua leg semifinal kontra tuan rumah Singapura.
Itu menjadi modal berharga bagi Indonesia yang akan bertemu Thailand pada leg pertama final Piala AFF 2020.
Jelang pertandingan ini, Indonesia dipastikan tidak bisa diperkuat Pratama Arhan Alif Rifai dalam laga final leg pertama. Pratama Arhan absen karena akumulasi kartu kuning.
Pemain berusia 20 tahun tersebut mendapatkan kartu kuning pertama pada semifinal pertama karena mengangkat kakinya terlalu tinggi saat berduel dengan pemain Singapura, Song Ui-young.
Kaki Arhan mengenai wajah Song dan membuat wasit memberinya kartu kuning.
Laga panas pun masih tetap terjadi pada leg kedua semifinal. Saat itu, Arhan melanggar keras gelandang Shingapura, Shanual Anwar, di kotak penalti.
Beruntungnya, tendangan penalti yang dilakukan Faris Ramli mampu dimentahkan oleh Nadeo Argawinata.
Dengan begitu, Pratama Arhan dipastikan tak bisa membela timnas Indonesia dalam pertandingan leg pertama final Piala AFF 2020.
“Hanya Pratama Arhan yang tidak bisa tampil nanti karena akumulasi kartu,” ujar Nova Arianto dikutip dari BolaSport.com.
Sementara untuk pemain yang lainnya dalam kondisi baik-baik saja dan siap bertanding. Rachmat Irianto yang mengalami cedera dipastikan tak ada masalah dan dia akan bisa membela tim.
Menurut Nova, semua pemain dalam kondisi bagus dan siap menampilkan yang terbaik dalam laga final Piala AFF 2020 nanti.
“Tidak ada yang cedera. Semua baik-baik saja,” tuturnya.
Sementara itu, Thailand kehilangan dua pemain pilar di lini belakang. Timnas Thailand dipastikan akan tampil pincang tanpa dua pilar.
Pada final leg pertama, timnas Thailand dipastikan tampil tanpa bek kiri andalan mereka, Theerathon Bunmathan.
Bek kiri berusia 31 tahun itu absen karena akumulasi kartu kuning. Theerathon Bunmathan tercatat selalu menerima kartu kuning pada dua laga semifinal lawan Vietnam.
Kehilangan Theerathon Bunmathan pada final leg pertama Piala AFF 2020 tentu berita buruk untuk timnas Thailand. Sebab, Theerathon Bunmathan adalah salah kunci keberhasilan timnas Thailand lolos ke final.
Mantan bek Yokohama Marinos tersebut tercatat sudah bermain empat kali sejak fase grup hingga semifinal. Dari empat penampilan itu, pemain berusia 31 tahun ini selalu bermain sebagai starter hingga akhir pertandingan.
Hasilnya, Theerathon sukses menyumbang satu assist dan membantu timnas Thailand mencetak tiga clean sheet.
Thailand tentu akan sangat kehilangan Theerathon Bunmathan. Sebab, Theerathon Bunmathan juga merupakan salah satu eksekutor bola mati.
Theerathon pernah menyumbang gol dari titik putih saat Thailand menang 3-0 atas Indonesia di Gelora Bung Karno pada ajang kualifikasi Piala Dunia 2020, September 2019.
Timnas Thailand kemungkinan besar juga akan bermain tanpa kiper andalan mereka, Chatchai Budprom yang mengalami cedera cukup parah pada semifinal kedua kontra Vietnam.
"Semua pemain bermain baik kali ini. Kami sangat senang karena berhasil lolos ke final," kata pelatih Mano Polking dikutip dari situs Bongda.
"Namun, kabar buruknya adalah cedera Chathcai. Dia banyak melakukan penyelamatan untuk kami. Namun, dia harus meninggalkan lapangan karena cedera yang terlihat cukup buruk," ujar Mano Polking.
"Kami tentu sangat sedih melihat kondisi Chatcai. Kami akan mencoba meraih gelar juara Piala AFF 2020 untuknya," tutur Mano Polking menambahkan.