TRIBUNNEWS.COM - Di awal musim, Chelsea adalah kandidat terkuat untuk meraih gelar juara Liga Inggris, bersama dengan Manchester City dan juga Liverpool.
Namun, maju 3 bulan setelahnya, The Blues bak kapal kehilangan nahkoda, mereka beberapa kali kehilangan poin krusial untuk bisa memelihara harapan untuk menjadi juara.
Terakhir, mereka harus gagal mengemas tiga poin kala berhadapan dengan Brighton and Hove di Stamford Bridge.
Sebuah hasil dramatis ketika Danny Welbeck, mengunci satu poin penting untuk tim tamu, dan pemandangan pilu dari kubu tuan rumah.
Baca juga: Chelsea vs Liverpool Liga Inggris, Laga Pamungkas Salah & Mane, Jota Jadi Tumpuan The Reds
Baca juga: Evan Dimas, Pembeda bagi Timnas Indonesia di Final Piala AFF 2020, Penghubung Asnawi & Witan
Reece James tertunduk lesu, Romelu Lukaku hanya terdiam bersama dengan Kai Havertz, menyuguhkan pemandangan yang tentu sangat tidak diharapkan supporter Chelsea.
Pun dengan Thomas Tuchel yang berusaha menutup mimik muka kecewa dari hasil yang didapatkan, dan melengkapi rentetan hasil minor yang didapatkan Chelsea.
Bak memberi percikan api di bensin yang tumpah, Romelu Lukaku mengutarakan minatnya untuk kembali ke Inter Milan, dan tentu mendapatkan tanggapan negatif dari Thomas Tuchel.
Anomali Chelsea musim ini bagai mimpi buruk, dari kandidat juara menjadi tim yang kini harus kesulitan menemukan performa terbaik.
Yang terjadi dari Chelsea saat ini, tidak lepas dari cara Thomas Tuchel untuk menyusun pemain di starting line-up.
Thomas Tuchel menyusun 11 pemain di lapangan berdasarkan pendekatan taktik, minim pergantian dan mempertahankan the winning team.
Ini menjadi boomerang, bagaimana seringnya Chelsea kebobolan di menit-menit akhir, dan kesulitan melawan tim yang mengandalkan kecepatan dan detriminasi.
Burnley menjadi tim pertama yang menghukum Chelsea karena kondisi fisik jelang akhir laga, buruknya koordinasi di lini belakang, membuat Chris Wood mampu menyamakan kedudukan.
Statistik menunjukkan bahwa Chelsea harus kehilangan 11 poin dari posisi unggul, menariknya 8 diantaranya terjadi ketika bertindak sebagai tuan rumah.
Statistik Opta juga menunjukkan bahwa Chelsea adalah tim yang paling sering kebobolan di atas menit ke-75, menggambarkan hilangnya koordinasi di lini belakang di 15 menit terakhir.