News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Italia

Inter Milan Mengejar Scudetto, Racikan Inzaghi, Krusialnya Calhanoglu & Dzeko,Inkonsistensi AC Milan

Penulis: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemain depan Inter Milan asal Argentina Joaquin Correa (Depan L), bek Inter Milan Italia Federico Dimarco (21ndL) dan rekan satu tim merayakan setelah pemain depan Inter Milan Chili Alexis Sanchez (Belakang L) mencetak gol kemenangan kedua terakhir selama Piala Super Italia (Supercoppa italiana) sepak bola pertandingan antara Inter dan Juventus pada 12 Januari 2022 di stadion San Siro di Milan.

TRIBUNNEWS.COM - Inter Milan, kini sangat nyaman di puncak klasemen Liga Italia 2021.

Nerazzurri unggul empat poin dari rival sekota, AC Milan, dengan Inter Milan masih menyimpan satu pertandingan.

Tidak ada yang mengira, Inter Milan yang sangat kesulitan mempersiapkan tim di awal musim, kini menjadi kandidat serius dalam mempertahankan gelar juara.

Kehilangan Antonio Conte, bak awal mimpi buruk bagi Inter Milan, bagaimana tidak, Conte adalah sosok yang berjasa memberikan gelar setelah satu dekade lamanya.

Penggantinya, Simone Inzaghi, bukannya diragukan, tetapi memeprtahankan gelar jauh lebih sulit dibanding meraihnya.

Pemain depan Inter Milan asal Argentina Joaquin Correa (Depan L), bek Inter Milan Italia Federico Dimarco (21ndL) dan rekan satu tim merayakan setelah pemain depan Inter Milan Chili Alexis Sanchez (Belakang L) mencetak gol kemenangan kedua terakhir selama Piala Super Italia (Supercoppa italiana) sepak bola pertandingan antara Inter dan Juventus pada 12 Januari 2022 di stadion San Siro di Milan. (Miguel MEDINA / AFP)

Baca juga: Jadwal Liga Italia Pekan 23, Inter vs Venezia, AC Milan vs Juventus, Live beIN Sports & Vidio.com

Baca juga: Jelang Inter Milan vs Venezia Liga Italia, Nerazzurri Kehilangan Joaquin Correa Selama Tiga Pekan

Apa yang terjadi di Inter MIlan bukanlah Mukjizat, tetapi sebuah proses yang berkesinambungan antara kerja keras, pengalaman dan juga kecermatan.

Guiseppe 'Beppe' Marotta menjadi sosok yang harus mendapatkan kredit dari sisi pengalaman, sukses membangun Juventus menjad tim elite, ia melakukan hal yang sama di Inter Milan dengan sejumlah catatan apik.

Seperti diektahui, dengan keuangan terbatas Inter Milan, praktis mereka tidak bisa belanja dan hanya mendatangkan pemain secara cuma-cuma.

Pun dengan sosok Manajer, Marotta harus cermat, mengganti Antonio Conte yang menyudahi dahaga gelar lebih dari satu dekade juga bukan tugas yang mudah.

Dan Simone Inzaghi adalah jawaban tepat, tidak ada tim Liga Italia yang bisa menyaingi jumlah gelar Juventus dalam lima musim terkahir kecuali Lazio.

Simone Inzaghi membangun tim ibu kota dengan cermat, penuh perhitungan, dan juga dengan kemampuan dana minim ala Claudio Lotito.

Alasan ini yang membuat Marotta tidak ragu menunjuk SImone Inzaghi sebagai pelatih Inter Milan, faktor lainnya juga tidak kalah krusial : skema.

Simone Inzaghi punya pakem 3-5-2 yang sama dengan Antonio Conte, bedanya, Inzaghi butuh gelandang kreatif dibanding pekerja, perbedaan kecil ini tentu bukan masalah yang besar.

Kehilangan pemain sekaliber Romelu Lukaku dan Achraf Hakimi secara nyata memang sedikit berpengaruh terhadap permainan Inter Milan, tetapi Simone Inzaghi menyelesaikannya dengan baik.

mengeluarkan biaya sepeserpun, mulai dari Joaquin Correa, Edin Dzeko, Denzel Dumfries hingga sang Judas milik AC Milan, Hakan Calhanoglu.

Keempat pemain yang didatangkan praktis merupakan cara Inzaghi menambal skuadnya.

Dzeko untuk menggantikan Lukaku dengan Correa sebagai deputi, Dumfries untuk menutupi hengkangnya Hakimi, dan Calhanoglu untuk mengganti Eriksen.

Selain nama-nama baru, pemain senior juga menajdi kerangka utama tim.

Marcelo Brozovic adalah pemain yang menjadi vital dari permainan Inter Milan, dengan krusialnya dalam transisi yang kini menjadi kunci bagi Inter Milan.

Tetapi, perbedaan terbesar adalah bagaimana Simone Inzaghi mengubah tip yang sangat kaku dan disiplin ala Conte menjadi sangat bebas dan cair.

"Inzaghi memberi kami kebebasan dan membuat kami mengingat, sepak bola adalah sebuah permainan," ujar Alessandro Bastoni di La Repubblica.

Bek Inter Milan Italia Alessandro Bastoni (kedua kiri) merayakan dengan rekan setimnya setelah mencetak gol selama pertandingan sepak bola Serie A antara Inter Milan dan Lazio di stadion Meazza di Milan pada 9 Januari 2022. (MIGUEL MEDINA / AFP)

Baca juga: Target Persija: Finis 3 Besar Tahun Ini, Juara Liga Tahun Depan

Cara bermain ala SImone Inzaghi ini membuat Inter Milan selalu punya solusi dalam situasi apapun, termasuk di beberapa laga krusial seperti melawan Atalanta, Juventus hingga Napoli.

Inkonsistensi AC Milan, juga menjadi faktor utama, mengapa Inter Milan bisa duduk nyaman di peringkat pertama, seperti ketika Rosonerri tumbang dari Spezia di pertandingan terakhir.

Inter Milan kini nyaman dengan 50 poin dalam 20 laga, unggul 2 poin dari rival sekota, AC Milan di peringkat dua dan 9 poin dari Juventus di peirngkat ke-5.

Gelar Scudetto kedua beruntun adalah sesuatu yang sangat diimpikan oleh semua penggemar dan pemain Inter Milan dan bagi mereka, hanya 17 laga yang memisahkan dari mimpi tersebut.

(Tribunnews.com/Gigih)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini