Menteri Kesehatan Kamerun Manaouda Malachie mentweet gambar yang menunjukkan dia mengunjungi rumah sakit merawat mereka yang terluka dalam insiden itu.
"Semuanya dilakukan untuk memberi mereka perawatan gratis dan dukungan terbaik," cuitnya.
CAF akan mengadakan "pertemuan krisis" dengan panitia penyelenggara pada Selasa pagi pukul, yang didedikasikan khusus untuk masalah keamanan di stadion, kata sumber yang dekat dengan CAF kepada AFP.
Kerumunan Maut
Kamerun dimaksudkan untuk menjadi tuan rumah Piala Afrika pada tahun 2019.
Namun, acara tersebut dipindahkan ke Mesir pada bulan Januari tahun itu karena kekhawatiran bahwa stadion Kamerun tidak siap untuk pertandingan tersebut.
CAF menanggalkan negara dari turnamen tersebut, dengan alasan penundaan dalam pembangunan stadion dan proyek infrastruktur, serta tanda tanya atas keamanan.
Kepadatan pada pertandingan sepak bola di seluruh dunia telah mengakibatkan sejumlah kematian.
Ribuan penggemar di ibu kota Mesir, Kairo, pada tahun 2015 berusaha memasuki stadion untuk menonton pertandingan, memicu kepanikan ketika polisi menembakkan gas air mata dan tembakan ke udara. Saat itu mengakibatkan 19 orang tewas.
Pada April 2001, 43 orang tewas terinjak-injak di stadion Ellis Park Johannesburg selama pertandingan antara Orlando Pirates dan Kaizer Chiefs.
Dan di Guatemala pada Oktober 1996, 90 orang tewas dalam musibah selama pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara negara tuan rumah dan Kosta Rika di stadion yang penuh sesak.
Sementara itu, di lapangan, Kamerun memastikan tempat mereka di delapan besar turnamen dengan kemenangan 2-1 dan sekarang akan bermain melawan Gambia di perempat final.
Tim Komoro lolos ke babak 16 besar untuk pertama kalinya di Piala Bangsa-Bangsa.
Sebelumnya Korban Jiwa Berjumlah Enam Korban