Hal ini mendapat tanggapan dari salah satu staff akademi Borussia Dortmund, Julia Farr.
Farr yang kini berkecimpung di akademi Dortmund yang berada di Singapura, berkenan berbagi pengalaman.
Ia sejatinya mengagumi betul talenta-talenta sepak bola dari kawasan Asia atau Asia Tenggara.
Farr memandang secara teknik, kemampuan para pemain ini tak kalah dengan pemain yang ada di benua biru.
Namun, ada beberapa hal yang seakan menjadi jurang pembeda antara pemain dari Asia dengan Eropa.
Julia Farr tak menampik jika faktor fisik turut menjadi pembeda.
Fisik di sini tak hanya soal postur atau perawakan badan saja.
Farr secara spesifik menyinggung tingkat kekuatan para pemain Asia yang sering kurang terasah.
Selain kekuatan, faktor kebugaran juga menjadi isu paling besar bagi pemain dari kawasan Asia untuk merumput di Eropa.
"Perbedaan utama dari pemain Asia dan Eropa terletak pada kekuatan dan kebugaran," ungkap Farr dikutip dari Zing News.
Menurutnya, kedua hal itu harus dilatih dan digembleng sejak dini.
Ia membandingkan dengan kultur sepak bola Eropa, di mana para pemain muda di sana sering berlaga menghadapi lawan yang lebih besar dan kuat.
Itu, secara tidak langsung, membantu para pemain untuk ikut mengasah kekuatan dan faktor non teknis lainnya.
Baca juga: Sisi Negatif Skuad Timnas U-23 Indonesia di Piala AFF U-23, Materi Pemain Ketuaan, Itu-itu Saja
"Satu hal yang saya amati ketika menjadi pelatih akademi Dortmund adalah para pemain, sejak usia dini, bermain secara reguler," ujar Farr.