TRIBUNNEWS.COM - Barcelona akan ditantang tamunya, Sevilla dalam jornada ke-30 Liga Spanyol pada Senin, (04/04/2022).
Duel antara Barcelona vs Sevilla jelas akan menampilkan pertunjukkan yang seru, pasalnya, kedua tim saat ini berada di papan atas klasemen.
Barcelona yang baru memainkan 28 laga, saat ini berada di peringkat 4 klasemen Liga Spanyol dengan torehan 54 angka.
Tambahan 3 poin akan membuat pasukan Xavi Hernandez itu naik ke peringkat 2 untuk menggeser Atletico Madrid dan lawannya besok malam, Sevilla.
Baca juga: Pengalaman Ini yang Membuat Gerard Pique Merasa Seperti Idiot Saat Membela Mantan Presiden Barcelona
Baca juga: Hasil Klasemen Liga Inggris Semalam: City Sempat Bikin Liverpool Bahagia, Chelsea Keok, MU Imbang
"Laga besok layaknya sebuah partai final untuk kami. Barca punya kesempatan untuk naik ke posisi kedua setelah serangkaian hasil positif," kata Xavi dilansir AS.
"Kami bisa menunjukkan bahwa kami dalam dinamika yang bagus. Di Santiago Bernabeu kami berhasil memperlihatkan bahwa kami mampu bersaing dengan siapapun," lanjut juru taktik asal Spanyol tersebut.
Ya, di tangan Xavi Barcelona mampu menunjukkan taringnya usai musim yang buruk bersama Ronald Koeman.
Sempat terseok-seok di posisi delapan klasemen, tangan dingin Xavi berhasil membawa Barcelona kembali bersaing di papan atas.
Bahkan sang pemuncak klasemen, Real Madrid mereka bantai dengan skor 4 gol tanpa balas pada jornada ke-27 Liga Spanyol.
Kini, menghadapi Sevilla yang juga berada di papan atas, Blaugrana tak akan berkeringat dingin untuk memetik tiga angka dan mengganggu kenyaman Los Blancos di puncak klasemen.
Bisa dibilang, kunci kebangkitan Barcelona adalah kecemerlangan mereka melakukan strategi transfer pemain di bursa transfer musim dingin.
Tiga bintang Liga Inggris (Aubameyang, Ferran Torres, Adama Traore) mereka boyong untuk mempertajamn lini depan sekaligus memanjakan Xavi untuk menerapkan skema yang ia usung.
Pembelian Dani Alves yang sudah berusia 38 tahun pun juga mampu membuat sisi kanan Barcelona menjadi lebih hidup.
Xavi memang tak hanya hebat dalam mengolah si kulit bundar, ia juga jenius dalam meracik strategi, itu terbukti kala dirinya masih melatih Al Sadd.
Pada musim pertamanya bersama Al Sadd (2019/2020) pelatih asal Spanyol itu sukses mempersembahkan 3 trofi, diantaranya Qatar Crown Prince Cup, Sheikh Jassim Cup, dan Qatari Stars Cup.
Di musim selanjutnya, Xavi berhasil membawa Al Sadd menjuarai Liga Qatar 2020/2021 dengan catatan luar biasa.
Al Sadd sukses menjadi juara dengan koleksi 60 poin dari 22 pertandingan. Memenangkan 19 pertandingan, 3 hasil imbang, dan 0 kekalahan.
Untuk itu, ada beberapa detail penting yang bisa Xavi tularkan kepada Barcelona atas kejeniusannya selama melatih Al Sadd agar mengeluarkan Blaugrana dari zona medioker.
Disokong dengan barisan pemain yang mereka datangkan di bursa transfer Januari lalu, Xavi berpotensi besar mengembalikan performa Barcelona seperti musim-musim sebelumnya.
Bermain kolektif seperti filosofi Barcelona
Xavi dengan kegemilangannya bersama Al Sadd berpeluang besar untuk mengembalikan tiki taka ke dalam permainan Blaugrana.
Dilansir Transfermarkt dan Sofascore, selama menukangi Al Sadd, Xavi telah menggunakan 5 formasi berbeda.
Mulai dari formasi 3 bek dengan skema 3-4-2-1 dan 3-1-4-2. Serta formasil 4 bek dengan skema 4-3-3, 4-1-4-1, dan 4-2-3-1.
Sepanjang musim lalu dan musim ini, Xavi cenderung memakai formasi 3-4-1-2 atau 4-2-3-1.
Dengan formasi tersebut, ia mempertahankan identitasnya selama di Barcelona, yaitu bermain dengan tiki-taka.
Jika diakumulasi dari awal Xavi melatih hingga musim ini, catatan penguasaan bola Al sadd sebesar 64%, dengan tingkatan akurasi passing per pertandingan sebanyak 88.5%.
Dari statistik tersebut dapat dilihat, bagaimana cara Xavi meraih kejayaan bersama Al Sadd menggunakan cara yang elegan, menguasai pertandingan mengutamakan umpan dari kaki ke kaki.
Xavi adalah pelatih yang jenius dengan skemanya, ia dapat memainkan 2 formasi sekaligus dalam 1 pertandingan, hal yang juga sering dilakukan oleh Pep Guardiola.
Sampai saat ini sejak kedatangannya menuju Camp Nou, Barcelona selalu tampil dominan dengan rata-rata penguasaan bola sebanyak 59.43%.
Namun, aliran bola Barca hanya mandek di lini tengah, saat sampai di sepertiga akhir, mereka hanya mampu menciptakan rata-rata penguasaan 42% dengan rata-rata passing 78%.
Akan tetapi itu hanyalah masalah waktu, progres yang ia tunjukkan di permainan Barcelona begitu apik, Blaugrana mulai menemukan bagaimana cara menyerang dengan elegan dan mengutamakan kolektivitas permainan.
Peran full back dan gelandang yang ofensif
Saat memakai skema 4-2-3-1, Al Sadd sering kali terlihat mengubah skemanya di tengah laga menjadi 4-1-4-1 dan saat mengalami kebuntuan, Al Sadd tampil lebih menyerang dengan skema 2-1-4-3, ia menarik bek kanan dan bek kiri ke depan sejajar dengan para gelandang.
Skema yang Xavi terapkan untuk Al Sadd tentu saja sangat cocok untuk Barcelona. Dalam skuat Blaugrana, mereka memiliki dua full back dengan naluri menyerang yang tinggi, yaitu Dani Alves dan Jordi Alba.
Keduanya tentunya tak kesulitan untuk mendobrak lini serang Barca dari sisi tepi, atribusi yang mereka miliki cocok jika didorong lebih ke depan.
Dan benar saja, Jordi Alba sukses menyumbangkan 2 gol dari 3 pertandingan terakhirnya, pergerakannya yang lebih ke depan membuat ia banyak menciptakan peluang berbahaya.
Selain itu, di Al Sadd, saat pasukan Xavi membangun serangan, seorang gelandang akan turun menjadi single pivot untuk mengalirkan bola dari belakang.
Single pivot tersebut juga ditugaskan untuk membantu 2 bek tengah dalam fase bertahan sekaligus menjadi sosok pengatur tempo dan pendistribusi bola.
Ya, hal tersebut bisa dipakai Xavi saat mulai menukangi Barcelona, skuat Blaugrana memiliki dua pemain pivot mumpuni yaitu Sergio Busquets dan Frankie de Jong.
Keduanya handal dalam hal melakukan passing dan membuka pertahanan lawan lewat akurasi umpan dan visi bermain mereka.
Menciptakan banyak peluang lewat peran winger
Selain membangun serangan dari belakang dengan umpan dari kaki ke kaki, Al Sadd juga bermain dengan menjaga kelebaran.
Para winger akan tetap bermain melebar dibantu oleh bek kanan dan kiri yang ikut naik.
Tujuan dari taktik itu adalah untuk meregangkan garis pertahanan lawan sekaligus menciptakan wide overload di kedua sisi.
Dengan begitu, para pemain Al Sadd punya opsi switch play dalam skenario serangannya.
Tersebarnya para pemain Al Sadd di seluruh posisi depan membuat serangan Al Sadd sangat berbahaya.
xG komulatif Al Sadd di Liga Qatar musim lalu mencapai angka 42,32 dengan torehan 51 gol dari 22 pertandingan.
Mereka selalu mempunyai banyak opsi untuk menggetarkan jala gawang lawan. Baik itu dari sisi kanan-kiri maupun tengah.
Al Sadd ala Xavi adalah tim yang biasa mengeksploitasi ruang di channel, entah itu kedua sayap, area tengah, atau halfspace.
Kehebatan Xavi dalam menciptakan peluang di Al Sadd tentunya dinanti Barcelona, xG komulatif mereka hanya berada di angka 29.9 sampai saat ini.
Hadirnya Ferran Torres dan Adama Traore dalam skuat Barcelona berpotensi besar untuk membuat serangan Blaugrana lebih rancak.
Terutama dari sisi tepi, skenario switch play dan menciptakan wide overload adalah atribut utama dari seorang Adama Traore.
Ia memiliki kecepatan yang luar biasa, serta ketangguhan badan yang membuat ia sulit untuk dijatuhkan.
Terbukti, Adama hanya membutuhkan waktu 16 menit untuk menorehkan assist pertamanya bersama Barcelona saat menghadapi Atletico Madrid.
Sedangkan Ferran Torres lebih kepada seorang winger yang memiliki ketajaman dan finishing yang apik, keduanya akan saling bahu membahu untuk menciptakan peluang dan gol bagi Blaugrana.
Pertajam lini depan lewat ketajaman Aubameyang
Striker Al Sadd dari Aljazair, Baghdad Bounedjah mampu dipoles Xavi menjadi striker haus gol.
Dua penyerang sayap yang mengapit Bounedjah difungsikan sebagai distributor bola kepada striker berusia 29 tahun tersebut.
Dengan kata lain, Bounedjah benar-benar dimanjakan dengan dukungan rekan setimnya untuk membuka akses mencetak gol.
Hasilnya, Bounedjah mampu menjadi top skor Liga Qatar musim lalu dengan torehan 21 gol dari 19 pertandingan.
Aubameyang di Barcelona bisa saja dipoles Xavi untuk tampil tajam seperti Bounedjah. sebelum kedatangannya di Camp Nou, Auba mengalami paceklik dengan hanya menyumbangkan 7 gol dari 15 penampilannya bersama Arsenal.
Padahal, di musim-musim sebelumnya, sejak kedatangan di Arsenal, Aubameyang telah menciptakan 92 gol dari 162 pertandingan.
Aubameyang bisa bermain sebagai penyerang tengah, didampingi oleh Ferran Torres dan Adama Traore yang bermain di sisi kanan dan kiri.
Fungsi keduanya tentu untuk melayani Auba, Torres dan Adama diharapkan mampu menjadi penyuplai bola untuk pria asal Gabon itu agar mampu seperti Bounedjah yang tampil tajam dibawah komando Xavi.
Aubameyang pun tak kesulitan dengan sistem yang dijalani Xavi, torehan 4 gol dari 2 pertandingan terakhirnya adalah buktinya.
(Tribunnews.com/Deivor)