Kala itu, Sanchez masih membela klub lokal Cobreloa, di Argentina dan berposisi sebagai striker.
"Sanchez ia sangat kecil, badannya juga sangat kurus, tetapi ia punya talenta yang luar biasa, kemampuan dribel dan imajinasi bermain dia luar biasa," kata Gino dilansir Gentemanultra.
Sanchez pun dibeli Udinese dengan harga 3 juta euro atau sekitar Rp 50 miliar pada 2006 silam. Sanchez tak langsung diterbangkan ke Italia untuk memperkuat tim.
Udinese meminjamkannya terlebih dahulu ke klub besar di Chile, Colo Colo. Setahun kemudian meminjamkannya lagi ke River Plate.
Tujuannya agar kekuatan dan skill Sanchez dapat terasah dan siap bermain di kerasnya Liga Italia.
Sanchez kemudian resmi berseragam Udinese mulai musim 2008, performanya menonjol dan menjadi sorotan tim-tim besar Eropa.
Selama 3 musim, Sanchez mencatatkan 112 pertandingan dengan torehan 21 gol dan 20 assist di semua ajang sebelum dilepas Udinese ke Barcelona pada tahun 2011 dengan harga 26 juta euro atau sekiar Rp 450 miliar.
Baca juga: Bak Kena Kutukan, Barcelona Tim Paling Apes di Kompetisi Eropa, Momen Liverpool & Roma Paling Sakit
Baca juga: Liverpool Lebih Diunggulkan Menang pada Laga Semifinal Piala FA Man City Vs Liverpool, Ini Alasannya
Alexis Sanchez bukanlah satu-satunya pemain yang menghasilkan keuntungan besar bagi Udinese.
Zebrette telah meraup banyak keuntungan dari penjualan pemain mereka sendiri.
Di musim panas ini, mereka juga kembali berhasil meraup keuntungan yang fantastis.
Dilansir transfermrkt, Udinese berada di posisi empat sebagai tim dengan keuntungan transfer terbesar di Eropa pada musim 2020/2021.
Udinese hanya kalah dari Inter Milan, Borussia Dortmund, dan Red Bull Salzburg.
Udinese berhasil mencatat keuntungan sebesar 53 juta euro atau sekitar Rp 886 miliar.
Keuntungan tersebut didapat setelah mereka hanya mengeluarkan 9,3 juta euro atau Rp 160 miliar untuk mendatangkan pemain baru.