TRIBUNNEWS.COM - Elkan Baggott menjadi pemain asal Indonesia pertama dalam sejarah, yang bermain di sepak bola profesional Inggris.
Elkan Baggott masuk dalam starting line up klubnya saat ini, Ipswich Town dalam lanjutan kasta ketiga kompetisi Inggris (League One) menghadapi Rotherham pada Sabtu, (16/04/2022).
Pemain yang dinaturalisasi Timnas Indonesia pada 10 November 2021 itu menunjukkan performa apik bermain di Ipswich Town U-19.
Hal tersebut membuat juru taktik Ipswich Town, Kieran McKenna tak ragu untuk memasang Elkan menjadi pemain inti di tim senior.
Jelas, tampilnya Elkan dalam kompetisi League One menjadi kebanggaan sendiri bagi pecinta sepak bola Indonesia.
Ia pun digadang-gadang sebagai bek tengah masa depan Timnas Indonesia yang diharapkan mampu memberi gelar prestis bagi sepak bola Tanah Air.
Baca juga: Anggap Pemain Manchester United Tak Becus, Fans Tempelkan Papan Protes di Dekat Carrington
Baca juga: Ramai Rumakiek Resmi Tak Ikut TC, Ini Daftar 20 Pemain Timnas U-23 Indonesia yang ke Korea Selatan
Tampil di League One sudah dilakoni Elkan, bukan tak mungkin di masa depan ia akan bermain di salah satu klub Liga Inggris ataupun mengantar timnya lolos hingga kasta tertinggi sepak bola Inggris itu.
Namun, banyak spekulasi bermunculan, Elkan yang sudah melakoni 5 pertandingan bersama Timnas Indonesia diragukan bisa bermain di Liga Inggris karena faktor regulasi di sana.
Dalam akun YouTube-nya, pundit senior Indonesia yang kerap disapa dengan sebutan Bung Towel menyebutkan bahwa Elkan bakal kehilangan kans-nya untuk bermain di Liga Inggris jika melakoni sudah debut bersama Timnas Indonesia.
"Ada beberapa hal yang harus dipahami oleh para pecinta Indonesia dan PSSI, jika Elkan Baggott bermain untuk Timnas Indonesia, maka dirinya akan menjadi pemain non Eropa," Kata Bung Towel dilansir laman Youtube-nya di video berjudul SEKJEN PSSI JANGAN ASBUN!.
"Hal itu akan berpengaruh pada mimpi besarnya, yaitu bermain di jenjang lebih tinggi, atau bermain di Liga Inggris, aturan di sana akan membuat dia sulit menembus Liga Inggris," Lanjut pria yang juga menjadi komentator sepak bola tersebut.
Elkan yang baru berusia 19 tahun dan telah bermain reguler untuk timnya di kasta ketiga Inggris sekarang (Ipswich Town) sudah jelas memiliki mimpi untuk bermain di Liga Inggris, kasta tertinggi sepak bola Negeri Matahari Terbit.
Dan memang di Liga Inggris, mewajibkan pemain dari negara lain untuk memiliki rangking FIFA minimal 70 dalam dua tahun terakhir.
Sedangkan peringkat Timnas Indonesia dalam dua bahkan lima tahun terakhir tak pernah bisa beranjak dari 100 besar.
Berkaca pada hal itu, seperti apa yang dikatakan Bung Towel, sudah jelas Elkan bakal kesulitan untuk dapat bermain di Liga Inggris yang sudah melakoni laga untuk Timnas Garuda yang tercatat pada FIFA match day.
Privilege Pemain Homegrown di Liga Inggris
Namun, ada sebuah privilege yang sebenarnya dimiliki oleh pemain kelahiran Thailand yang memiliki darah Indonesia dan Inggris tersebut.
Adanya regulasi pemain homegrown di Liga Inggris akan membuka kesempatan bagi Elkan untuk dapat tampil di sana.
Regulasi pemain homegrown mewajibkan seluruh klub Liga Inggris untuk mendaftarkan delapan pemain homegrown dari 25 kuota pemain yang didaftarkan untuk kompetisi Liga Inggris.
Baca juga: Sorotan Piala FA: Hilangkan Label Spesialis Semifinal, Misi Besar Guardiola Singkirkan Liverpool
Dilansir laman resmi Premier League, regulasi pemain homegrown adalah pemain berusia 21 tahun atau lebih yang saat dia berusia 15-21 tahun telah bermain selama tiga tahun di daratan Britania Raya.
Asal negara sang pemain pun tak mesti Inggris. Boleh dari mana saja (tak melihat ranking FIFA), yang terpenting selama tiga tahun pernah bermain di akademi ataupun tim senior klub-klub Inggris atau Wales.
Dan Elkan adalah pemain yang sejak berusia 17 telah bemain bersama Ipwich Town di kasta ketiga Inggris.
Artinya, tinggal satu tahun lagi bagi Elkan bermain di sana untuk memastikan dirinya terdaftar sebagai pemain homegrown dan mendapatkan hak istimewa-nya.
Contoh paling nyata dari hak istimewa pemain homegrown tersebut adalah kiper Timnas Filipina yang bermain di Liga Inggris musim 2017/2018, Neil Etheridge.
Neil yang berstatus sebagai pemain homegrown berhak tampil di Liga Inggris meskipun Timnas Filipina saat itu tak masuk ke dalam 70 besar ranking FIFA.
Mungkin, hal tersebut adalah jawaban dari tanda tanya besar mengapa Elkan akhirnya mau untuk tampil bersama Merah Putih setelah sekian kali menolak.
Mengenal Regulasi Pemain Homegrown Lebih Jauh
Dalam kasus Tottenham Hotspur, Eric Dier tidaklah dihitung sebagai pemain homegrown meskipun dia berpaspor Inggris.
Hal itu dikarenakan, saat muda, Dier mengenyam akademi di luar Inggris, tepatnya di Portugal bersama Sporting CP.
Justru pemain seperti Paul Pogba dan Romelu Lukaku masuk dalam kategori pemain Homegrown karena telah bermain sepak bola di Inggris sejak usia 16 tahun.
Konsekuensi dari FA untuk tim Inggris yang tidak mematuhi aturan tersebut adalah dibatasinya jumlah pemain yang mereka daftarkan.
Dari 25 kuota, mereka hanya bisa mendaftarkan 17 pemain.
Hal tersebutlah yang membuat beberapa tim Inggris kelabakan dan mengakali peraturan tersebut.
Salah satunya Manchester United, Setan Merah rela merekrut kiper tua hanya untuk memenuhi kuota pemain homegrown yaitu Lee Grant dan Tom Heaton.
Angelino, adalah salah satu pemain yang paling merasakan dampak negatif dari peraturan tersebut.
Di tahun 2019, pemain yang berposisi sebagai bek kiri tersebut direkrut Manchester City dari PSV hanya untuk memenuhi kuota pemain homegrown.
Hasilnya, di musim tersebut Angelino hanya diberi kesempatan bermain sebanyak enam kali untuk The Citizen.
Di musim berikutnya, pemain berusia 24 tahun tersebut akhirnya memilih untuk hengkang ke RB Leipzig, dan menjadi pemain andalan disana.
Klub-klub yang mampu mempromosikan para pemain akademi mereka secara reguler ke tim utama akan lebih mudah untuk berhadapan dengan peraturan homegrown ini.
Arsenal adalah contohnya, sejak bermusim-musim lalu tim asal London ini sudah sering memenuhi kuota 25 pemainnya dengan nama-nama dari jebolan akademi mereka.
Di musim ini, nama-nama seperti Ainsley Maitland-Niles, Hector Bellerin, Joe Willock, Eddie Nketiah dan Bukayo Saka jadi jebolan akademi mereka yang ada di skuad utama.
Baca juga: Chelsea vs Crystal Palace di Piala FA: Momentum Romelu Lukaku Hapus Kutukan Nomor 9 The Blues
Peraturan pemain homegrown inilah yang menjadi alasan utama tingginya harga pemain-pemain Inggris.
Sebab, harga mereka tak hanya perihal kemampuan taktis saja, tetapi juga karena mereka bisa memenuhi kuota homegrown sehingga klub tersebut tidak mendapatkan sanksi.
Nama-nama seperti Harry Maguire, Ben Davies dan Jack Grealish adalah contoh nyata betapa mahalnya pemain homegrown.
Lalu apa sebenarnya tujuan dari regulasi pemain homegrown ini?
Regulasi tersebut bertujuan untuk mendongkrak kualitas pemain-pemain Timnas Inggris agar dapat berbicara di ajang Internasional.
Dalam beberapa tahun belakangan, manfaat dari regulasi ini memang terlihat jelas.
Timnas Inggris berhasil mencapai babak semi final Piala Dunia 2018 dan menjadi runner-up Piala Euro 2020.
Skuat timnas Inggris juga dipenuhi dengan pemain-pemain muda berbakat.
Sebut saja Phil Foden, Bukayo Saka, Jadon Sancho, Reece James, hingga Tammy Abraham.
Kini, The Three Lions, menjadi tim favorit untuk menjuarai Piala Dunia yang akan diselenggarakan tahun ini di Qatar.
(Tribunnews.com/Deivor)