Pergerakan mantan pemain FC Porto itu membuat sektor kiri penyerangan Liverpool lebih hidup, dan variatif.
Pergerakan dengan bola dan tanpa bola Diaz membuat pemain Villarreal kewalahan.
Hasilnya, menit ke-62 Liverpool memecah kebuntuan. Berawal dari umpan Mohamed Salah yang disambut Fabinho dengan tendangan dari dalam kotak penalti.
Bola mengarah ke sela kaki Geronimo Rulli.
Lima menit kemudian, umpan silang terukur Alexander-Arnold bisa ditanduk oleh Diaz untuk menjebol gawang Villarreal. Mengubah skor menjadi 2-2 (agregat 2-4).
Dan menit ke-74, The Reds memastikan tempatnya ke babak final setelah Sadio Mane memanfaat umpan jauh Naby Keita, untuk melewati kiper Rulli, dan membawa keunggulan The Reds 2-3.
Tak pelak, kehadiran Diaz menjadi pembeda. Menjadi sumbu kebangkitan The Reds di babak kedua. Meski hanya bermain 45 menit, winger asal Kolombia ini didapuk sebagai man of the match.
Dalam pentas selama 45 menit babak kedua itu, Diaz mengemas empat tendangan ke gawang (terbanyak), dan empat kali take-ons komplet (terbanyak), menyelesaikan 90% operan, mencetak satu gol, dan membuat pertahanan Villarreal menjadi kalang kabut.
Dalam penilaian Peter Crouch, Diaz adalah seorang pengubah permain yang komplet.
"Dia fantastis, Begitu di masuk, dia langsung terlibat, dan mengubah permainan. Tak setiap pemain bisa seperti itu," kata mantan striker Liverpool ini di BT Sport.
Luar biasanya adalah, Diaz baru datang ke Anfield Januari lalu. Tapi dia langsung bisa beradaptasi, dan menjadi penyegar The Reds di ruang ganti.
Mantan striker Liverpool lainnya, Michael Owen mengamini pernyataan Crouch.
"Saya belum pernah melihat pemain yang melejit dengan cepat seperti dirinya. Padahal dia bermain di liga yang baru baginya, dan dia tidak bisa berbicara bahasa Inggris," kata Owen.
Mantan bek Manchester United, Rio Ferdinand juga sepakat bahwa Diaz adalah pengubah permainan.