News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Super Pandit

Carlo Ancelotti dan Jose Mourinho, Si Miskin Taktik yang Kaya Gelar Trofi Elite Eropa

Penulis: deivor ismanto
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti

Berkat penamilan gemilang Vinicius di dua laga awal, dirinya dipercaya Ancelotti untuk bermain sebagai starter di tiga laga selanjutnya, baik untuk Liga Spanyol maupun Liga Champions.

Ia berhasil membuat nama-nama sekaliber Eden Hazard, Gareth Bale, dan Rodrygo lebih banyak duduk di bangku cadangan.

Ancelotti tidak pernah meragukan kemampuan Vinicius.

Ia menilai Vinicus sebagai salah satu pemain muda paling berbakat di dunia.

Kemampuan menggiring dan kecepatan Vinicius menjadi senjatanya untuk melewati lawan dan menyisir dari sisi sayap.

Namun, hal itu saja tidak cukup, untuk menjadi bintang Vinicius harus mampu berkontribusi dalam hal mencetak gol.

"Saya telah mengatakan kepadanya (Vinicius) bahwa untuk mencetak gol, ia harus melakukan satu atau dua sentuhan. Sulit untuk mencetak gol dengan empat atau lima sentuhan," kata Ancelotti dilansir dari BT Sport.

Vinicius pun berhasil mejawab saran Ancelotti di dalam lapangan, ia juga merasa kehadiran Ancelotti memberi dampak besar bagi kariernya.

“Carlo Ancelotti memberi saran kepada saya untuk mengurangi sentuhan sebelum menendang bola."

"Sang pelatih terus memberi bantuan kepada saya ketika kami bekerja sama di Valdebebas dan itu membuat saya terus berkembang di dalam lapangan,” kata Vinicius Junior dalam wawancaranya bersama AS.

Total, Vinicius Junior telah menyumbangkan 18 gol dan 19 assist dari 48 pertandingan bersama Real Madrid di seluruh kompetisi musim 2021/2022.

Catatan tersebut merupakan torehan terbaiknya sepanjang membela Real Madrid selama 3 musim, ia menemukan sentuhan magisnya bersama Los Blancos di musim ini.

Menemukan pengganti Sergio Ramos

Bek Real Madrid asal Austria David Alaba (tengah) melakukan selebrasi setelah mencetak gol dalam pertandingan sepak bola Liga Spanyol antara FC Barcelona dan Real Madrid CF di stadion Camp Nou di Barcelona pada 24 Oktober 2021. (LLUIS GENE / AFP)

Kualitas Alaba memang tak diragukan dalam sepak bola Eropa, ia didatangakan Los Blancos dari tim raksasa Jerman, Bayern Munchen.

Selama berada di Allianz Arena, Alaba telah mempersembahkan 9 gelar Bundesliga, 6 DFB-Pokal, dan 2 Liga Champions.

Ia juga menjadi pemain penting saat Die Rotten meraih predikat treble winners di musim 2019/2020.

Sang pemain menjadi andalan lini belakang Bayern Munchen di era kepelatihan Hansi Flick, pelatih yang kini menjabat sebagai juru taktik Timnas Jerman tersebut sangat mengagumi sosok Alaba.

“Dia (Alaba) sangat penting bagi tim di lapangan juga di luar lapangan, dia mewujudkan nilai-nilai tertentu dan sangat populer dengan tim dan penggemar, dia pemain yang luar biasa," Kata Hansi Flick dilansir The Guardian.

David Alaba sengaja didatangkan Real Madrid untuk mengisi lubang yang ditinggalkan Sergio Ramos, pemain berusia 35 tahun tersebut memilih hengkang ke klub asal Prancis, Paris Sain-germain (PSG).

Setelah resmi diperkenalkan sebagai punggawa anyar Los Blancos, Alaba tanpa segan memilih nomor punggung 4 (peninggalan Sergio Ramos) untuk dipakainya bersama Real Madrid.

"Kita semua tahu Ramos ada di sini dalam jangka waktu yang lama serta memakai nomor punggung ini (4) dan menjadi pemimpin Real Madrid," Kata Alaba dilansir Reuters.

"Saya merasa terhormat mengenakan nomor 4, itu adalah sumber kebanggaan dan motivasi besar bagi saya dan saya ingin melakukannya dengan baik," lanjutnya.

Bicara soal kelayakkan, jelas Alaba sangatlah layak menjadi pengganti yang sepadan untuk seorang pemain sekaliber Sergio Ramos.

Sebagai pemain yang berposisi sebagai pemain belakang, Alaba memiliki sejumlah keunggulan yang tak dimiliki Ramos.

Alaba merupakan pemain serba bisa atau biasa disebut versatile.

Pemain berkaki kidal tersebut dapat bermain di berbagai posisi yang berbeda dengan sama baiknya.

Pada musim lalu saat dirinya masih berkostum Die Rotten, Alaba tampil dalam 23 laga sebagai bek tengah, enam kali sebagai bek kiri, dan delapan kali sebagai gelandang bertahan. Sisanya, dia bermain dalam posisi lain.

Selain menjadi pemain serba bisa, keunggulan yang dimiliki Alaba adalah kecerdasannya dalam mengambil keputusan.

Ia paham betul kapan harus bertahanan dan kapan harus membantu tim untuk menyerang. Keputusannya di lapangan sangat cepat dan akurat.

Satu golnya ke bawang Barcelona adalah contohnya, saat Real Madrid mendapatkan momen untuk melakukan serangan balik, Alaba dengan cerdas berlari ke depan untuk mengisi ruang yang ditinggalkan Vinicius yang berada di belakang.

Ia pun sukses menciptakan gol spektakuler lewat tendangan keras kaki kirinya yang menghujam gawang Ter Stegen.

Dilansir Squawka, itu merupakan satu-satunya shot on target Alaba selama membela Los Blancos dan langsung berbuah gol untuk tim yang bermarkas di Santiago Bernabeu tersebut.

Gol seperti itu adalah gol yang sulit atau bahkan tidak pernah diciptakan Ramos untuk Real Madrid, gol-gol Ramos banyak tercipta dari proses set piece memanfaatkan kemampuan menyundul bolanya yang memang luar biasa.

Alaba juga memiliki atribut lain yang lebih mentereng dari Sergio Ramos, yaitu kecermatannya dalam mengeksekusi bola mati.

Dilansir Fbref dan Squawka, David Alaba berhasil mencetak 10 gol dari 124 kesempatan tendangan bebas.

Torehan terbaiknya terjadi pada musim 2014/2015 ketika pemain berpostur 180 cm itu berhasil mencetak tiga gol tendangan bebas dari 12 kesempatan yang didapat.

Dengan jumlah gol yang diciptakan dari tendangan bebas, nama Alaba bahkan lebih hebat dari seorang Cristiano Ronaldo.

Jika dirata-rata Alaba berhasil mencetak satu gol dalam setiap 12,4 percobaan, sementara Cristiano Ronaldo hanya mampu mencetak satu gol dalam setiap 13,4 percobaan.

Tak hanya handal melakukan set piece untuk terjadinya gol, Alaba juga terbukti efektif dalam hal memberi umpan matang kepada pemain Los Blancos.

Di musim ini, catatan xA-nya berada di angka 1.2 per pertandingan. Menjadi yang tertinggi diantara pemain belakang Real madrid lainnya.

David Alaba juga sukses menyumbangkan dua assist untuk Real Madrid musim ini, kembali menjadi yang terbanyak di antara pemain belakang Los Blancos yang lain.

Tak hanya itu, atribusi lain yang tak dimiliki Sergio Ramos adalah kemampuan Alaba dalam mengatur tempo serangan sekaligus visinya dalam mengirim umpan.

Kapten Timnas Austria tersebut menjadi sosok penting bagi Los Blancos dalam hal membagi bola, itu sangat membantu Real Madrid untuk membangun serangan dari belakang.

Catatan umpan bawah sukses Alaba berada di angka 92,13 % , sedangkan umpan udara berada di angka 77 % .

Kelebihan Alaba sangat efektif dalam Real Madrid untuk menguasai pertandingan, tim asuhan Carlo Ancelotti mencatatkan penguasaan bola 62,13 % di musim ini.

Dengan kelebihannya tersebut, ia juga aktif mengirim umpan diagonal ke depan untuk memberi bola ke full back Real Madrid yang aktif membantu serangan.

Ya, dengan segala atribut dan kontribusi Alaba bagi Real Madrid musim ini membuat mereka mampu melupakan Sergio Ramos dengan cepat.

Alaba adalah sosok pengganti yang sepadan bahkan lebih efektif dibanding Ramos dalam urusan menyerang.

Usianya baru 28 tahun dan dalam kondisi yang prima, hampir di tiap laga yang dijalani Real Madrid musim ini, Alaba selalu menjadi pilihan utama Ancelotti untuk mengawal lini belakang Los Blancos.

Bukan tak mungkin, belasan gelar yang berhasil Alaba sumbangkan untuk Bayern Munchen juga bisa ia torehkan bersama Los Blancos di musim-musim ke depan.

Sentuhan Jose Mourinho di AS Roma

Pelatih kepala Roma asal Portugal Jose Mourinho (kiri) berbicara kepada gelandang Roma asal Prancis Jordan Veretout selama pertandingan sepak bola leg kedua semifinal Liga Konferensi UEFA antara AS Roma dan Leicester City di Stadion Olimpiade di Roma, pada 5 Mei 2022. (Isabella BONOTTO / AFP)

Seusai mengantar AS Roma meraih trofi Europa Conference League, nama Jose Mourinho tercatat dalam sejarah.

Jose Mourinho menjadi pelatih pertama di dunia yang sukses menjadi juara Liga Champions, Liga Eropa, dan Liga Konferensi.

Lebih menohok lagi, terakhir kali klub Italia menjadi juara di kompetisi eropa terjadi pada tahun 2010 saat Inter Milan menjadi kampiun di Liga Champions.

Saat itu Jose Mourinho adalah juru taktik yang memimpin Inter Milan.

Sejarah pun kembali terulang, setelah harus menunggu 12 tahun lamanya, akhirnya ada klub Italia lagi yang mampu meraih trofi Eropa.

Dan Jose Mourinho-lah yang kembali sukses mengantar klub Italia mencapai kesuksesan.

AS Roma diantarnya menjuarai Liga Konferensi setelah mengalahkan Feyenoord dengan skor 1-0 di laga final.

Ya, di bawah asuhan Jose Mourinho, AS Roma memang tak terlalu mentereng di Liga Italia.

Roma hanya bertengger di posisi enam klasemen Liga Italia dengan torehan 63 angka dari 38 pertandingan.

Namun di ajang kontinental, tepatnya Europa Conference League, Jose Mourinho sukses membawa AS Roma tampil apik dan lolos hingga babak final.

Juru taktik asal Portugal itu pun memiliki kans besar untuk merengkuh trofi pertamanya bersama AS Roma, di debut kepelatihannya bersama tim berjuluk Giallorossi itu.

Ya, Mourinho memang sangat serius dalam mengawali karirnya bersama Giallorossi musim ini.

Di bawah Mourinho, Roma jadi klub Liga Italia yang paling banyak mengeluarkan uang di bursa transfer musim panas 2021.

Gelontoran dana 97 juta Euro atau sekitar Rp 1,6 triliun dikeluarkan Roma untuk memboyong pemain keinginan The Special One.

Deretan pemain tersebut adalah Eldor Shomurodov, Rui Patricio, Roger Ibanez, dan Tammy Abraham.

Nama yang disebutkan terakhir menjadi pembelian paling mahal kedua Roma sepanjang sejarah.

Ia didatangkan Giallorossi dari Chelsea dengan harga 40 juta euro atau sekitar Rp 670 miliar.

Datangnya Mourinho dan pemain-pemain baru membuat Roma sekarang dinilai jauh lebih meyakinkan ketimbang musim lalu, saat dilatih Paulo Fonseca.

Dan benar saja, perlahan tapi pasti, AS Roma berkesempatan mengunci posisi 5 klasemen Liga Italia dan memastikan tiket ke Liga Eropa musim depan.

Babak final ajang Europa Conference League juga sukses The Special One raih, dengan mengalahkan Leicester City di babak semi final.

AS Roma akan ditantang Feyenoord pada partai puncak, jelas pasukan Jose Mourinho lebih diunggulkan dari tim asal Belanda itu.

Lalu, apa kunci The Special One hingga mampu membawa Roma tampil meyakinkan musim ini?

FILES) Dalam file foto ini diambil pada 05 Mei 2022 Pemain depan Roma Inggris Tammy Abraham merayakan setelah membuka skor selama pertandingan sepak bola leg kedua semifinal Liga Konferensi UEFA antara AS Roma dan Leicester City di Stadion Olimpiade di Roma, pada Mei 5, 2022. (Isabella BONOTTO / AFP)

Kepintaran Mourinho dalam memaksimalkan kualitas pemain adalah kuncinya. Beberapa pemain Roma mampu dibuat Mourinho tampil lebih menjanjikan.

Bersama Mourinho, Giallorossi bermain dengan dua skema, yaitu 3-5-2 dan 4-2-3-1, skema itu hampir mirip seperti apa yang dia tunjukkan bersama Spurs musim lalu.

Namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam Mourinho memanafaatkan kualitas pemainnya.

Di Roma ia memiliki gelandang box to box yang dapat mencetak gol, sedangkan di Spurs tidak.

Orang itu adalah Jordan Veretout, Sebagai gelandang box to box, Veretout tidak hanya diandalkan Mourinho untuk menjelajah lini tengah, namun juga mencetak gol dan memberi assist.

The Special One memberi kebebasan kepada Veretout untuk bergerak dalam posisi yang lebih tinggi ketimbang gelandang serang, itu membuat Veretout berada tepat di belakang Abraham dan Pellegrini.

Hasilnya pun terbukti, dengan strategi tersebut, Veretout menjadi salah satu gelandang paling subur di AS Roma musim ini dengan torehan 4 gol dan 10 assist.

Selanjutnya, ada nama Lorenzo Pellegrini, pemain asal Italia tersebut juga dibuat Mourinho menjadi gelandang yang rajin mencetak gol, jumlah gol Pellegrini mencapai 13 gol.

Pellegrini yang sebelumnya lebih dimaksimalkan sebagai penyuplai bola, berubah menjadi gelandang yang lebih banyak berada di kotak penalti.

Permainan pragmatis Mourinho membuat ia tak terlalu butuh seorang playmaker yang kuat dalam membagi bola, itu yang membuat Pellegrini dialihfungsikan menjadi penyerang lubang.

Selain memaksimalkan 2 pemain gelandangnya, The Special One juga tak lupa memoles pemain termahal mereka, Tammy Abraham.

Kontribusi Tammy untuk Roma musim ini cukup mentereng dari 52 pertandingan ia berhasil mencetak 27 gol dan 5 assist.

Dalam skema yang diterapkan Mourinho, Tammy bukan hanya menjadi striker yang ditugaskan untuk mencetak gol.

Lebih dari itu, Mourinho membuat ia menjadi stiker yang rajin cetak assist dan mampu memberi ruang untuk lini kedua yang diisi oleh Lorenzo Pelegrini.

Hal itu juga sukses Mourinho lakukan saat melatih Harry Kane di Spurs.

Di tangannya, Kane menjelma menjadi striker serba bisa dengan sumbangan 23 gol dan 14 assist dari 35 pertandingan di Liga Inggris.

Prestasi serupa pun hampir diciptakan oleh Tammy bersama Roma musim ini. Hanya saja catatan assist Tammy tak sementereng Harry Kane.

Namun itu saja sudah cukup untuk membuat AS Roma tampil apik di ajang kontinental, nama Tammy pun juga bertengger menjadi top skor Uefa Conference League dengan dulangan 9 gol.

Ya, tangan dingin Mourinho sejauh ini mampu mengubah Roma menjadi tim yang lebih kuat.

Berbagai perubahan yang ia lakukan, mampu diimplementasikan dengan baik oleh para pemainnya.

Menjadi spesial, Mourinho mampu memberi trofi Europa Conference League untuk Giallorossi di musim ini.

(Tribunnews.com/Deivor)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini