Dirinya sukses menyulap klub yang tak diperhitungkan sebelumnya, seperti RB Leipzig, FC Schalke 04, hingga Hoffenheim menjadi tim hebat dengan filosofi gegenpressing yang ia usung.
Sampai-sampai karena kejeniusannya ia dijuluki sebagai sang profesor sepak bola.
Namun di sisi lain, saat ia melanjutkan karier di Rusia untuk menjadi direktur olahraga dan pengembangan di awal tahun 2021, karirnya justru menemui jalan terjal.
Beberapa bulan sebelum Rangnick masuk dalam kandidat manajer interim Manchester United, nama juru taktik berusia 63 tahun itu tercoreng di Rusia.
Dilansir Russian Football News, Rangnick merombak skuat Lokomotiv Moskow yang sudah terbentuk, alhasil Lokomotiv tak mampu berbicara banyak di Liga Rusia musim ini sejak kedatangannya.
Keputusannya untuk menjual pemain kunci Lokomotiv Moskow, Grzegorz Krychowiak menjadi hal yang paling terkena kritik.
Ketiadaan eks pemain Paris Saint-Germain itu membuat penampilan Moskow di Liga Rusia menjadi timpang, saat ini langganan Liga Champions itu tertahan di peringkat 4 Liga Rusia setelah hanya mengumpulkan 25 poin dari 16 pertandingan.
Lokomotiv Moskow tertinggal 12 poin dari sang pemuncak klasemen, Zenit. Peluang mereka untuk menjadi juara pun tertutup, bahkan untuk finish di Zona Liga Champions saja juga berat.
Keputusan Rangnick untuk menjual Grzegorz Krychowiak adalah blundernya di Moskow, apalagi, ia melakukan hal tersebut tanpa melakukan diskusi dengan jajaran manajemen lainnya.
Lalu, Rangnick juga dianggap sebagai seorang diktator yang lebih mengutamakan bisnisnya daripada kepentingan tim yang sedang ia pimpin.
Rangnick secara terang-terangan mendatangkan 10 staf yang ia kenal sebelumnya untuk masuk ke dalam jajaran Lokomotiv Moskow, termasuk sang pelatih kepala yang ia tunjuk, Markus Gisdol.
Ya, dan kepergian pria asal Jerman itu ke Manchester United pun justru membuat pihak klub lega. Bahkan mantan presiden Lokomotiv Moskow, Nikolai Naumov memberi komentar menohok tentang karir singkat Ralf Rangnick di Rusia.
"Rangnick tak peduli dengan sepakbola, yang ia pentingkan hanyalah bisnis," Kata Nikolai Naumov dilansir Sportwitness.
"Semakin banyak negara, liga, dan klub yang ia liput, maka semakin banyak juga keuntungan yang ia dapatkan," lanjutnya dengan ketus.