TRIBUNNEWS.COM - PSS Sleman melakukan gebrakan untuk menyambut Liga 1 musim depan.
Striker papan atas Indonesia, Boaz Solossa didatangkan dari Pusamania Borneo FC dengan status free transfer.
Meski sudah berusia 36 tahun, Boaz tetaplah dianggap sebagai striker haus yang mampu mencetak gelontoran gol untuk tim yang ia bela.
Bahkan hadirnya Boaz di ruang ganti saja dapat membangun mental pemenang PSS Sleman dengan segudang pengalamanya bermain di kompetisi tertinggi Indonesia.
Apa yang telah ia berikan untuk Pesipura Jayapura adalah buktinya.
Baca juga: Hasil Timnas Indonesia vs Bangladesh: Diwarnai Protes Shin Tae-yong, Garuda Gagal Menang
Baca juga: Penyakit Lama Timnas Indonesia di Lini Depan, Apa Strategi Shin Tae-yong?
Boaz adalah mesin pencetak gol ulung Mutiara Hitam, total dirinya sudah mencetak 225 gol dari 359 penampilan bersama Persipura.
Dirinya pun sukses menjadi top skor Liga Indonesia di musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2012/2013.
Namun, hal mengejutkan terjadi saat pihak Persipura memutuskan untuk mencoret nama Boaz dalam daftar pemain Mutiara Hitam sebelum digelarnya kompetisi BRI Liga 1.
Masalahnya cukup pelik, pemain yang kerap disapa dengan panggilan Bochi ini dianggap melakukan tindakan indisipliner bersama pemain Persipura lainnya, Yustinus Pae.
“Kami terlalu sayang, terlalu hormat, dan terlalu menghargai mereka, sampai kami rela disindir oleh pihak lain karena dianggap terlalu lemah sama mereka," Tulis rilis Persipura di akun Instagram mereka.
"Kami terus menunggu mereka berubah, banyak pemain muda kita yang jadikan mereka sebagai contoh, tapi hal itu terus berlanjut tidak ada perubahan,"
"Hanya karena rasa hormat dan begitu hargai mereka, kami sabar, tetapi untuk kali ini bagi kami sudah kelewatan,” lanjut rilisan Persipura.
Hilangnya Bochi dari dari skuat Peripura untuk mengarungi BRI Liga 1 pun langsung berdampak instan pada performa Mutiara Hitam musim ini.
Mereka terseok-seok di papan bawah, tak ada lagi sosok pemimpin yang mampu membawa Persipura bermain kolektif.
Sosok kepemimpinan Boaz sebagai seorang kapten juga mempengaruhi mental para pemain Persipura.
Tak ada lagi yang mampu memberi rasa nyaman dan tanggung jawab di ruang ganti ataupun lapangan.
Mental juara yang dibangun sang kapten telah hilang dalam skuat Persipura 2021/2022.
Mereka lebih sering menunduk ketika telah tertinggal, alih-alih membalikkan keadaan justru mereka kebobolan lebih banyak dan tersulut emosi.
Di pertandingan saat menghadapi Persebaya Surabaya adalah yang paling mencolok, saat itu bek Persipura, Israel Wamiau diusir wasit dari lapangan.
Kartu merah yang ia terima memang selayaknya diberikan, ia menyerang pemain asing Persebaya, Bruno Moreira dari belakang dan terjadilah perkelahian.
Persipura pun harus bermain dengan 10 orang, dan menerima kekalahan dengan skor telak 3-1 dari tim besutan Aji Santoso tersebut.
Selama diperkuat oleh Boaz, Persipura adalah tim besar dengan mental juara yang sulit untuk dikalahkan.
Persipura menjadi klub mentereng Indonesia yang hampir tiap musim sukses merengkuh trofi liga domestik.
Mereka juga menjadi langganan wakil Indonesia untuk berkompetisi di ajang kontinental, baik Liga Champions Asia, ataupun AFC Cup.
Bersama Boaz, Persipura Jayapura merupakan tim dengan torehan gelar liga domestik terbanyak di Indonesia dalam dekade ini.
Terhitung, sejak tahun 2009, Persipura telah menjuarai Liga Indonesia sebanyak tiga kali.
Tiga prestasi tersebut berhasil Persipura raih di tahun 2009, 2011, dan 2013.
Meski tak menjadi juara di musim-musim setelahnya, Persipura selalu berhasil finish di papan atas klasemen.
Menjadi tim dengan pemain lokal terbanyak, serta penyumbang nama-nama besar untuk Timnas Indonesia, salah satunya Boaz Salossa.
Di kancah kontinental, Persipura Jayapura juga merupakan wakil Indonesia yang paling mentereng.
Boaz pernah membawa Mutiara Hitam melaju sampai babak perempat final AFC Cup di tahun 2011.
Tiga tahun berselang, catatan lebih impresif mampu mereka ukir, Mutiara Hitam berhasil mencapai babak semi final AFC Cup 2014.
Bahkan, Kuwait FC sebagai sang juara bertahan turnamen kasta kedua benua Asia itu berhasil dibantai dengan skor 6-1 oleh superiornya permainan Mutiara Hitam di Stadion Mandala, Jayapura.
Jelas, PSS Sleman mendatangkan Boaz Solossa dengan pertimbangan yang matang.
Usianya memang sudah terbilang uzur, namun mental juara dan ketajaman Boaz tak akan hilang dimakan usia.
Ketajaman Boaz tak hanya ia berikan untuk Persipura Jayapura, namun juga bagi Timnas Indonesia.
Total 13 gol sukses ia sumbangkan untuk Garuda hanya dari 43 pertandingan.