Maldini Warning Milan, Rossoneri Jadi Tim Medioker Kalau Begini Terus, Ungkap Aksi Kurang Ajar Elliott
TRIBUNNEWS.COM - Sesaat sebelum RedBird mengumumkan resmi menyelesaikan proses akuisisi atas AC Milan, Paolo Maldini bicara blak-blakan soal apa yang terjadi di Rossoneri sepanjang perjalanan juara mereka musim lalu.
Dalam wawancara bersama La Gazzetta dello Sport tersebut, Maldini melontarkan wanti-wantinya terhadap manajemen dan menyebut Milan saat ini berada di persimpangan jalan setelah memenangkan Scudetto.
Paolo Maldini juga blak-blakan soal sikap tak sopan dan kurang ajar dari Elliott Management saat periode krisis di Rossoneri pada 2020 silam.
Maldini juga memberi arahan tegas ke RedBird, investor baru yang menjadi pemilik Milan, untuk bertindak tegas menentukan arah klub kebanggan warga Milan tersebut.
Baca juga: Rencana Transfer AC Milan di Bawah RedBird, Bidik Trio Penyerang, Rossoneri Saudara Jauh Liverpool
Baca juga: Berita AC Milan, Aroma Gareth Bale Menyerbak, Rossoneri Spesialis Penerang Bintang Redup
Sebagai catatan, wawancara ini dilakukan sebelum proses akuisisi Milan diumumkan.
Belakangan, Milan resmi diambil alih RedBird dimana sang pemilik baru memberi jaminan akan terus memperpanjang kontrak Paolo Maldini dan rekan duetnya di posisi direktur teknik, Ricky Massara.
Pada wawancara itu, Paolo Maldini mengungkap rahasia sukses Milan yang akhirnya mampu bangkit dari keterpurukan dan kembali bisa juara Serie A dalam 11 tahun terakhir.
Hebatnya, Milan mampu menjadi kampiun dengan rata-rata usia skuad yang sangat muda dan modal belanja transfer yang relatif sedikit ketimbang juara-juara kompetisi lain di Eropa.
Baca juga: Berita Milan, Kepergian Lingard Terkonfirmasi, Gigit Jari Soal Zaniolo, Mou Gebuk Maldini Dua Kali?
“Saya akan menyebutnya sebuah mahakarya,” kata direktur Maldini dilansir La Gazzetta dello Sport.
“Kemenangan ini adalah hasil (perpaduan) ide, rasa lapar (akan gelar), dan semangat tim. Kami berada di sana (kerja keras) selama dua tahun. (Hasil scudetto) sepenuhnya bertentangan dengan semua prediksi. Itu yang membuat kami sangat bangga," kata Paolo Maldini soal gelar juara Milan di Serie A.
Selain itu, kata Maldini, faktor dukungan suporter menjadi 'booster' dari permainan skuad Il Diavolo.
“Antusiasme yang kami hasilkan dari para penggemar juga tergantung pada sepak bola yang kami mainkan dan keberanian yang ditunjukkan, baik di dalam maupun di luar lapangan," kata dia.
Baca juga: Berita Milan, Ante Rebic Dilepas ke Bundesliga? Kuatnya Ikatan Rossoneri dengan Monza
Baca juga: Klasemen Grup B Toulon Cup 2022 Seusai Timnas U-19 Indonesia Menang Atas Ghana, Posisi Garuda Naik
Maldini menuturkan, Milan pernah dalam periode krisis pemain pada Januari silam.
Di mana, dengan dana sangat terbatas, Milan harus memutar otak mencari pemain sebagai penggati para pilar yang cedera. Itu yang membuat Milan cenderung pasif pada periode transfer paruh musim lalu.
“Pada bulan Januari kami kehilangan Simon Kjaer yang harus menepi untuk waktu yang lama dan Fikayo Tomori mengalami cedera meniskus. Kami tidak memiliki anggaran untuk mendatangkan pemain pengganti. Jadi, kami merekrut pemain dengan status pinjaman untuk menutup lubang. Selain itu, kami menaruh kepercayaan pada pemain muda kami, dan kami tahu mereka bisa diandalkan," kata Maldini.
Kesuksesan Stefano Pioli meracik skuad Milan, bukan datang secara ujug-ujug.
Baca juga: Berita Milan, Nasib 3 Permata Rossoneri di Era RedBird, Wonderkid The Next Zlatan Dilempar?
Maldini menuturkan, proses pembentukan skuad sudah dimulai dengan masterplan yang dibuat pada dua musim sebelum akhirnya Milan juara.
“Sejak 2019, kami merekrut 21 pemain, campuran dari pemain berpengalaman dan pemain yang sangat muda. Ricky Massara dan saya menceritakan kepada mereka semua kisah proyek ini yang kemudian menjadi kenyataan. Kami kredibel dan itu adalah bagian penting dari kesuksesan kami," kata Paolo Maldini.
Dia mencontohkan, rahasia bagaimana memberikan treatment terhadap para pemain anyar untuk bisa menyesuaikan dengan pola di San Siro. Adaptasi para pemain cenderung berhasil dengan dorongan dan penanganan tepat dari manajemen, staf, dan pelatih.
“Misalnya, kami memberi tahu Pierre Kalulu untuk hanya menonton dan belajar selama enam bulan pertama, menyerap semuanya dari (rekan-rekan di) lini pertahanan yang hebat, karena peluang Anda akan tiba cepat atau lambat,”
Hasilnya, Kalulu akhirnya mampu menggantikan peran kapten Alessio Romagnoli dan membentuk kemitraan yang solid dengan Tomori di posisi bek tengah yang prospektif untuk skuad masa depan Rossoneri.
Baca juga: Rencana Transfer AC Milan di Bawah RedBird, Bidik Trio Penyerang, Rossoneri Saudara Jauh Liverpool
Beri Warning, Milan Bisa Jadi Tim Medioker
Baca juga: Berita Milan, Kepergian Lingard Terkonfirmasi, Gigit Jari Soal Zaniolo, Mou Gebuk Maldini Dua Kali?
Paolo Maldini dan Ricky Massara pada akhirnya mendapat kepastian nasib mereka di Milan setelah diakuisisi RedBird.
CEO RedBird, Gerry Cardinale mengkonfirmasi kalau Maldini dan Massara akan bertahan di klub.
Hanya, sebelum soal kepastian akusisi diumumkan, Maldini memberi peringatan kalau Milan harus bergerak.
Memperkuat skuad musim depan, kata Maldini, adalah hal wajib untuk dilakukan.
Maldini bercerita soal sulitnya membentuk tim dengan dana yang terbatas meski akhirnya bisa membawa Milan menjadi juara dengan status 'The Lowest Spender Among The Champions in Europe'.
Dia menyiratkan, juga butuh faktor lain selain uang agar skuad Milan yang terdiri dari pemain-pemain muda tersebut bisa solid.
Baca juga: Godaan Man City Bikin Milan Tak Yakin Pertahankan Rafael Leao, Enzo Fernandez Prioritaskan Rossoneri
“21 pemain yang kami tanda tangani di bawah masa jabatan saya datang dengan biaya bersih, antara penjualan dan pembelian, sebesar 75 juta euro. Ketika saya memutuskan untuk tinggal setelah Leonardo pergi, saya memikirkan anggaran yang lebih tinggi, tetapi (akhirnya) saya dapat menggunakan ide dan membiarkan klub menghemat uang, saya akan melakukannya. Saya menyadari pemain muda perlu diberi kesempatan dan membuat mereka merasa percaya diri bahkan di saat-saat sulit. Banyak dari mereka melihat saya sebagai ayah kedua," beber Paolo Maldini.
Ayah Daniel Maldini itu juga memberi peringatan bagi investor baru Milan untuk memberikan cukup dukungan dalam jendela transfer dan merekrut pemain-pemain bidikan.
Jika cara-cara darurat, seperti yang dia terapkan musim lalu meski akhirnya bisa juara, tetap diterapkan di Milan, Maldini khawatir Rossoneri tak akan mampu bersaing dan cuma bisa bersaing di papan tengah klasemen, tim medioker.
Baca juga: Berita Milan, Calon Tandem Tonali Diendus Penemu Mbappe, Plan B Rossoneri Buat SItuasi Romagnoli
“Yang kami butuhkan sekarang adalah klub yang ingin membuka era baru. Dengan visi strategis, Milan musim depan bisa bersaing dengan klub-klub terbesar,".
“Namun, jika kami memilih visi untuk mempertahankan level kami saat ini, tanpa investasi, tanpa ide yang layak untuk Milan, kami akan tetap berada di antara enam atau tujuh tim teratas di Italia, berharap untuk mungkin memenangkan Scudetto lagi dan lolos, untuk Liga Champions,".
“Inilah saatnya pemilik, Elliott atau siapa pun yang datang, perlu menyadari proyek ('darurat') tiga tahun ini selesai dan mencari tahu strategi apa yang mereka inginkan untuk masa depan," kata Maldini.
Dia menyiratkan, Milan butuh mendatangkan pemain bernama besar dalam jendela transfer mendatang.
"Dengan dua atau tiga pemain penting, dan konsolidasi para pemain yang kami miliki, kami dapat bersaing untuk sesuatu yang lebih besar di Liga Champions,” kata Maldini.
Sikap Kurang Ajar Elliott Management
Paolo Maldini juga membeberkan sikap dan aksi tak sopan dari petinggi Elliott Management saat periode krisis Rossoneri pada 2020 silam.
Saat itu, para petinggi Elliott disebut tidak melibatkan sama sekali Paolo Maldini dan rekannya saat itu, Zvonimir Boban dalam rencana penting bagi skuad, mengganti pelatih.
Para bos-bos Milan saat itu mau mengganti Stefano Pioli -yang baru semusim menjabat- dengan Ralf Rangnick, sesuatu yang mendapat perlawanan dari Maldini dan Boban.
Perlawanan itu sukses membuat Stefano Pioli menjabat hingga kini meski akhirnya membuat Boban tersingkir dan berujung sengketa pemecatan.
“Saya harus mengatakan, mengingat perjalanan kami, apa yang terjadi dan periode krisis yang melibatkan Rangnick, saya merasakan tindakan tidak sopan, CEO dan perwakilan Elliott bahkan tidak duduk untuk berbicara dengan kami. Bahkan untuk berbicara pun tidak (soal rencana mengganti Pioli)," kata Maldini.
Maldini menyebut, akan lebih terhormat jika para petinggi Elliot mengajak bicara mereka meski hanya untuk memberitahu hal tak enak, misalnya soal pemutusan kontrak.
“Mereka dapat dengan senang hati mengatakan, 'pekerjaan Anda tidak cukup baik untuk dilanjutkan,' atau kami dapat mengatakan kepada mereka, 'kami tidak menyukai strategi Anda.'
“Saya merasa seperti saya mewakili semacam jaminan bagi penggemar Milan. Saya bukan orang yang tepat jika ingin membangun proyek yang tidak bertujuan untuk menang. Aku tidak pernah bisa melakukan itu,"
“Yang benar adalah, pemilik tidak pernah duduk untuk mendiskusikan hal itu dengan saya dan itu tidak baik.”
Sepertinya, komunikasi Maldini dan Massara dengan para petinggi Elliot di Milanello memang tidak berjalan baik.
Buktinya, Maldini baru tahu soal rencana akuisisi Milan lewat media.
“Kami diberitahu tentang pembicaraan untuk menjual klub setelah muncul di surat kabar. Itu tidak masalah, meskipun beberapa pemain yang kami ajak bicara tentang perpanjangan kontrak mengatakan 'tunggu, mungkin ada lebih banyak uang yang masuk nanti'. Ada juga masalah kontrak saya dan Massara. Penawaran kami sedang berjalan dan kami belum menandatangani ekstensi," kata Maldini.
Pada akhirnya, Maldini dan Massara kini bisa tenang melanjutkan pekerjaan hebat mereka di Milan seiring jaminan kepastian perpanjangan kontrak dari RedBird. (oln/*)