TRIBUNNEWS.COM - Christophe Galtier resmi diperkenalkan sebagai pelatih anyar klub kaya Ligue 1, Paris Saint-Germain (PSG).
Profil Christophe Galtier rasanya kurang populer di telinga publik.
Namun soal pengalaman dan rekam jejak, Christophe Galtier tak layak untuk dipandang sebelah mata.
Klub-klub elite Ligue 1 alias Liga Prancis pernah menggunakan jasanya. Mulai dari Marseille, Olympique Lyon, Saint-Etienne, hingga LOSC Lille.
Baca juga: Christophe Galtier Resmi Nakhodai PSG, Tantangan Utama Temukan Formula agar Messi Moncer Lagi
Soal prestasi, jangan khawatir. Karena dia pernah membawa Lille menjuarai Ligue 1 pada musim 200/2021.
Keberhasilan Galtier membawa Lille juara tak ubahnya ksiah manis ketika Claudio Ranieri bersama Leicester City juara Liga Inggris.
Pria kelahiran Marseille, 28 Agustus 1966 (55 tahun), ini dulunya adalah pesepak bola yang telah menjajal banyak klub.
Karier sepak bolanya dimulai pada saat dirinya menginjak usia 18 tahun, ketika itu tim pertama yang dibelanya yakni Marseille B.
Chriptophe Galtier menjelma menjadi bek tangguh yang mampu membuat klub LOSC Lille tertarik untuk merekrut dirinya untuk musim 1990/1991 hingga 1993/1994.
Berdadarkan data dari laman Tranfsermarkt, Galtier bergonta-ganti klub setelah minggat dari Lille. Dia memutuskan pensiun pada usi 33 tahun.
Karier kepelatihannya dia mulai saat menjadi asistan manajer di Marseille. Tepatnya pada musim 1999/2000.
Christophe Galtier baru bisa mendapatkan kepercayaan itu ketika tiba di klub Saint Etienne pada musim 2009/2010.
Saat itu, dia memimpin Saint Etienne selama 8 musim.
Peruntungannya kian membaik setelah memiloih menjadi pelatih Lille musim 2017/2018. Puncaknya, ketika membawa bekas klubnya tersebut juara Liga Prancis musim 2020/2021.
Musuh Alami Pemain Bintang PSG
Galtier, sejak kedatangannya telah mewanti-wanti bahwa dirinya merupakan pelatih yang tegas. Dia bukanlah sosok yang memiliki anak emas dalam sebuah tim.
Bahkan sosok Galtier bisa menjadi musuh alami bagi pemain-pemain bintang seperti Kylian Mbappe, Lionel Messi, Neymar hingga Sergio Ramos.
Eks pelatih Lille itu mengungkapkan tak ingin ada satu pun pemain yang memiliki 'suara' sebanding dengannya di ruang ganti.
Galtier meinginginkan kekuasaan mutlak atas pemainnya, dan itu dirasa wajar.
"Saya pikir harus membentu tim yang sederhana dan ramping. Saya sudah bicara kepada dewan (PSG), bahwa tidak ada satupun pemain yang ada di ruang ganti tim boleh memiliki suara (memberikan instruksi) kecuali saya," terangnya dikutip dari laman Skysport.
"Saya hanya mau tim yang benar-benar bekerja ekstra keras. Bukan pemain yang hanya duduk di ruang ganti dan menonton di bench saja," tambahnya lugas.
Tentu ini menjadi kabar yang kurang mengenakkan bagi Neymar, Messi, Mbappe bahkan Ramos yang memiliki 'kebiasaan' mengendalikan ruang ganti pemain.
Siap-siap saja deretan pemain bintang PSG 'dibungkam suaranya' oleh kedatangan pelatih baru mereka.
(Tribunnews.com/Giri)