TRIBUNNEWS.COM - Baru berjalan tiga pekan, Liga 1 2022/2023 sudah banyak mengundang kontroversi.
Dari penalti gaib akibat aksi diving Taisei Marukawa saat laga PSIS Semarang menghadapi Barito Putera.
Hingga mencak-mencaknya dua pelatih asing Liga 1, Thomas Doll dan Bernardo Tavarez yang merasa dirugikan akibat keputusan wasit saat laga PSM vs Persija Jakarta.
Baca juga: Top Skor Sementara BRI Liga 1: Dipimpin Bomber Asing, Disusul Pemain Lokal, Siapa Lebih Unggul?
Bahkan Thomas Doll mengaku sempat berdiskusi dengan Bernardo Tavarez tentang kepemimpinan wasit di pasca laga.
Laga memang berlangsung dengan tensi tinggi, tercatat, sang pengadil, Iwan Sukoco, mengeluarkan kartu kuning dari sakunya sebanyak lima kali, empat untuk PSM dan satu untuk Persija.
"Saya sempat berbicara singkat dengan pelatih PSM (Bernardo Tavarez), dan tidak ada yang senang dengan keputusan wasit dalam laga kali ini," kata Thomas Doll saat konferensi pers dilansir TribunBogor.
"Pada pertandingan tadi pemain Persija banyak yang marah, karena jika wasit ada di pihak kami, maka pemain tentu tidak akan marah, tentu mereka akan senang," lanjutnya.
"Mungkin kamu harus menonton ulang 90 menit pertandingan untuk melihat situasi yang sebenarnya," kata Doll.
Untuk minimalisir kejadian serupa dan guna meningkatkan kualitas liga, seharusnya PSSI segera mulai menerapkan penggunaan Video Assistant Referee (VAR) di Liga 1.
Bagaimana jika Liga 1 mengunakan VAR?
VAR diciptakan untuk mengurangi keputusan-keputusan wasit yang dianggap kontroversial, terutama terkait dengan offside, handball, penalti, atau pelanggaran yang terlewat.
Penggunaan VAR merupakan metode yang pertama kali diimplemantasikan FIFA pada Piala Dunia 2018 di Rusia dan terus digunakan hingga sekarang, baik di sepak bola asia ataupun eropa.
Penggunaan VAR jelas dapat membantu kinerja tiga wasit dilapangan agar mampu memimpin jalannya pertandingan dengan adil dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Jika membandingkan dengan liga tetangga di Asean, jelas Indonesia telah tertinggal.