TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, menyebabkan 127 orang meninggal dunia dan hal ini membuat kompetisi sepak bola di Indonesia tercatat menjadi nomor dua memakan korban jiwa terbanyak di dunia.
Kematian ini diduga akibat gas air mata yang ditembakan polisi ke arah penonton sebagai upaya menghalau kerusuhan, sehingga penonton berhamburan menuju pintu keluar yang terbatas dan akhirnya timbulkan sesak nafas.
Pihak kepolisian menyebut, tindakan melepas gas air mata sudah sesuai prosedur, padahal dalam regulasi FIFA sudah jelas terdapat larangan penggunaan gas air mata di dalam stadion.
Baca juga: Ratusan Orang Tewas, Tragedi Laga Arema FC vs Persebaya Jadi Sorotan Media Internasional
Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta mengatakan, justru penggunaan gas air mata sudah sesuai prosedur.
Pihak kepolisian menggunakan gas air mata karena suporter sudah bertindak anarkis dan masuk ke area lapangan.
Setelah penembakan gas air mata suporter berhamburan ke pintu 12 dan membuat area itu mengalami penumpukan.
“Saat terjadi penumpukan, itu jadi banyak yang mengalami sesak napas,” kata Nico Afinta saat konferensi pers, Minggu (2/20/2022).
“Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi, semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini,” sambungnya.
Adapun regulasi FIFA melarang penggunaan gas air mata di dalam stadion tercantum dalam pasal 19 b, pengamanan pinggir lapangan mengenai regulasi keamanan dan keselamatan Stadion.
“Senjata atau gas pengendali massa tidak boleh di bawah atau digunakan,” tulis aturan tersebut dalam regulasi FIFA.
Akibat memakan ratusan korban jiwa, tragedi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) tercatat dalam sejarah mematikan di dunia sepak bola.
Bahkan menjadi nomor dua kematian terbanyak dalam laga sepak bola setelah insiden di Estadio Nacional di Peru pada 24 Mei 1964 yang memakan korban jiwa 328 orang.
Baca juga: Kerusuhan Pasca Laga Arema vs Persebaya, Kemal Pahlevi: Indonesia Tak Bisa Jadi Negara Sepakbola
Ini 10 daftar laga sepak bola di dunia yang banyak memakan korban jiwa versi Priceomics.com setelah kejadian di Stadion Kanjuruhan:
* 24 Mei 1964, peristiwa Estadio Nacional, Lima, Peru, 328 orang meninggal dunia.