TRIBUNNEWS.COM - Dampak tragedi Kanjuruhan memberi kepedihan yang mendalam bagi para Ibu yang harus rela kehilangan anaknya.
Laga pekan ke-11 Liga 1 2022/2023 yang menyajikan duel antara Arema FC vs Persebaya berakhir ricuh dan menewaskan ratusan nyawa.
Sekitar 3.000 Aremania masuk ke dalam lapangan Kanjuruhan karena tak terima tim kesayangan mereka kalah dalam laga bertajuk derbi Jatim itu.
Baca juga: Pengamat Sebut Panpel Arema FC Tak Taati Soal Aturan Pencetakan Jumlah Tiket Pertandingan
Kericuhan tak dapat dihindarkan, tembakan gas air mata dari Polisi pun memperburuk keadaan.
Ribuan Aremania kocar-kacir menuju pintu keluar Stadion hingga menimbulkan aksi desak-desakan yang membuat ratusan nyawa melayang.
Banyak korban tragedi Kanjuruhan yang masih remaja hingga anak-anak.
Mereka datang ke stadion dengan wajah gembira namun tak dapat pulang kembali ke rumah karena sudah meregang nyawa.
Ketua Forum Diskusi Suporter Indonesia (FDSI) Helmi Atmaja, begitu terpukul dengan tragedi Kanjuruhan.
Menurutnya, sebentar lagi Media Berita hingga Media Sosial akan berhenti membicarakan peristiwa di Kanjuruhan.
Namun, para Ibu yang kehilangan anaknya, bakal selamanya membenci sepakbola.
"Aremania itu sudah banyak berubah. Kemarin Aremania membuktikan sudah berdamai dengan PSIS hingga Persib."
"Tapi kejadian ini membuat saya membisu," kata Helmi dalam wawancaranya bersama Tribunnews pada Senin, (3/10/2022)
"Seminggu kedepan mungkin kita akan berhenti membicarakan ini."
"Media-media akan berhenti, hastag di media sosial juga akan berhenti."