Oleh Wina Armada Sukardi
Analisis sepak bola
BAGI saya pribadi, kekalahan kesebelasan Indonesia dari Malaysia, sebenarnya, bukan hal aneh. Saya sudah dapat menduga Indonesia kemungkinan bakalan keok menghadapi Malayasia dalam pertandingan terakhir babak penyisihan U17 Group B Piala Asia di Stadion Pakansari, Bogor, Minggu (9/10/2022) malam.
Kendati begitu, saya sama sekali tidak menduga kekalahan Indonesia sedemikian besar, 1 - 5. Saya tak membayangkan Indonesia bakal “dicukur” dan “dihina habis” di kandang sendiri.
Kekalahan mencolok ini sekaligus membuyarkan harapan Indonesia bakal lokos ke Piala Asia U17, karena Indonesia terdepak dari enam runner up terbaik.
Pada pertandingan itu, Malaysia seperti memberitahu Indonesia bagaimana cara bermain sepak bola yang benar dan efektif. Malaysia bagaikan mengolok-olok Indonesia. Kurang dari 30 menit mereka menjebol 5 gol ke gawang Indonesia. Itu artinya, pada babak pertama rata-rata Malaysia membobol gawang Indonesia setiap 6 atau rata-rata tiap 9 menit sepanjang babak pertama. Gol-gol diciptakan hanya dua tiga pemain depan Malaysia saja. Diakui atau tidak, suka atau tidak suka, memalukan memang. Menyakitkan hati pula.
Pentingnya Rotasi Pemain
Pelatih kenamaan Jose Mourinho ketika menangani Chelsea priode pertama, hampir selalu melakukan rotasi pemainnya. Dia menyadari, meski para pemainnya merupakan pemain profesional dengan stamina yang baik, namun jika diforsir terus menerus dalam sebuah kompetisi panjang, pastilah tetap tidak kuat. Apalagi kalu harus ikut berbagai kompeteisi tambahan.
Maka Mourinho pun selalu melakukan rotasi pemain. Hasilnya, walaupun belum mampu meraih gelar Piala Champion, tetapi Mourinho mampu memberi dua gelar kompetisi kasta tertinggi Inggris untuk Chelsea.
Contoh terakhir yang dekat dengan kita, dilakukan Shin tae-young dalam penyisihan Piala Asia. Dengan alasan strategi atau apapun, faktanya Shin tae -young selalu merotasi pemainnya.
Rotasinya pun besar-besaran, seakan bukan kesebelasan yang sama. Hasilnya, pelatih asal Korea Selatan itu juga berhasil membawa kesebelasan Indonesia masuk ke Piala Asia.
Pelatih sekaliber Bima Sakti jelas lebih memahami hal ini ketimbang saya, konon lagi dibanding masyarakat kebanyakan. Pertanyaannya, kenapa Bima Sakti sampai blunder melupakan pentingnya rotasi pemain?
Sudah Menyadari dari Awal
Sebelum melawan Malaysia, sebenarnya Bima Sakti sudah menyadari keadaan fisik para pemainnya, bahkan sebelum melawan Palestina. Buktinya Bima Sakti mengakui fisik para pemainnya memang sudah menurun sewaktu lawan Palestina.
Faktanya, nama-nama seperti Arkhan Kaka, Muhammad Kafiatur Rizky, M. Riski Afrisal, hingga Nabil Asyura yang sudah diturunkan Bima Sakti saat melawan Guam, Minggu (3/10/2022), terus dimainkan juga.
Sesungguhnya keputusan Bina Sakti menurunkan pemain ini melawan Guam sama sekali tidak salah. Pertandingan pertama selalu berat dan sulit diprediksi. Begitu juga pertandingan pertama penting untuk menjaga kepercayaan diri.
Demikian juga ketika melawan Uni Emirat Arab (UEA), karena negara Timur Tengah tangguh dan kita perlu mengamankan nilai.