TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Beberapa hari lalu, Arema FC dan Gilang Widya mengumumkan perpisahan.
Pada saat itu, Gilang mengatakan alasan pengunduran dirinya dari jabatan presiden Arema FC karena trauma atas kejadian di Stadion Kanjuruhan.
Pengunduran diri Gilang dari Arema FC pun langsung menjadi pembicaraan hangat stakeholder sepak bola Malang dan nasional.
Founder Football institute, Budi Setiawan menilai pengunduran diri Gilang sebagai presiden Arema FC tidak tepat karena Arema FC dalam kondisi yang labil dari semua aspek.
Kata Budi, seharusnya Gilang tetap bertahan hingga semua ujian terhadap Arema FC benar-benar selesai. Budi menduga keputusan Gilang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden klub tak terlepas dari penetapan tersangka dari panitia penyelenggara yakni ketua panpel dan security officer.Jadi, masih kata Budi alasan pemilik brand Juragan 99 mengundurkan diri karena alasan sedih dan pukulan berat kurang tepat.
"Masalah yang terjadi di arema fc baik secara langsung atau tidak sebagai imbas dari tragedi kanjuruhan. Dimana ini bukan bicara olahraga, lex sportiva, tapi ini sudah berbicara hukum pidana. Yang terjadi sekarang, mengapa Presiden Arema FC, Gilang mundur. Alasan yang disampaikan kepada publik karena sedih itu saya kira tidak tepat, karena semua orang malang pasti sdih," ungkap Budi Setiawan, Jumat (4/11/2022).
Lebih lanjut, pria kelahiran Malang ini menyebut jika pengunduran Gilang Widya tidak akan berdampak apapun terhadap perkembangan kasus Kanjuruhan maupun yang terjadi dengan Arema FC.
Justru sebaliknya, kata Budi Setiawan dengan pengunduran Gilang dari jabatannya sebagai presiden akan menjadi pelik dan bisa membuat Arema semakin terpuruk.
Pengunduran diri Gilang pun tidak akan membuatnya lepas begitu saja dari Arema FC. Pasalnya, masih kata Budi, Gilang diketahui memiliki saham kepemilikan di Arema FC.
"Dia pemegang saham 15 persen, bersama Iwan Budianto 75 persen dan Raffi Ahmad 10 persen. Jadi, saya masih belum mengerti atau memahami jika keputusan Gilang mundur ini karena faktor sedih. Pengunduran Gilang sebagai Presiden Arema FC pelik dan bisa membuat Arema terpuruk. Meski mundur dia pemilik saham, dan sudah seharusnya ikut berpikir dan bertanggung jawab terhadap kondisi di Arema FC. Terus yang berkembang di masyarakat atau suporter pun, dia mengatakan tidak mempunyai wewenang. Terus pertanyaanya, kenapa dia mau menjadi presiden? Itu (pengunduran Gilang Widya) akan berdampak sosial dan psikologis manajemen dan pemain. Walaupun secara meyakinkan bahwa dia tidak akan meninggalkan kewajibannya membayar gaji dan variabel lainnya seperti bus tidak akan ditarik. Tapi, tim medianya ikut mundur," paparnya.
Masih menurut Budi Setiawan, ketimbang mengundurkan diri seharusnya Gilang Widya menetapkan diri untuk bertahan dan bersama stakeholder lainnya mengawal Arema hingga saya yang dihadapi Arema FC sekarang ini selesai atau tuntas dari sisi hukum.
Budi Setiawan melihat ada kekhawatiran dalam diri Gilang Widya ketarik kedalam kasus hukum tragedi Stadion Kanjuruhan.
Sepengetahuan Budi, Gilang beberapa kali dipanggil pihak kepolisian untuk dimintai keterangan saksi, dan ditanya soal kewenangan, tanggung jawab, kewajiban, seperti yang ditanyakan misalnya kebijakan menaikan kuota tiket lawan Persebaya itu tanggung jawab siapa? Manajemen klub atau panpel.
"Nah itu ada keterkaitan itu. Sehingga apakah dengan dia mundur akan menyelesaikan masalah? Tidak ko, proses hukum saya kira akan terus berjalan. Yang harus diingat gilang adalah azas hukum pidana kita itu adalah asas hukum personalitas artinya setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Jadi, ketika ketua panpel menaikan kapasitas (kuota tiket) itu adalah tanggungjawab ketua panpel," lanjutnya.
Budi menilai, publik sepak bola di Malang, perlahan akan mempertanyakan sikap Gilang yang mengundurkan diri secara tiba-tiba disaat masih berduka dan tim membutuhkan dukungan dari petinggi klub.
"Oke, dia telah menjalankan kewajiban, santunan dan bantuan sebagai pertanggungjawaban. Tapi, kan itu kapasitasnya dilakukan sebagai presiden Arema FC. Harus kita lihat, disini ada tanggung jawab pidana dan perdata. Pidananya, penuhi panggilan kepolisian, perdatanya mengganti kerugian yang menimpa korban dan keluarganya. Anda datang ke Arema FC tanpa diundang, dan itu akan menjadi presiden buruk bagi sepak bola. Jadi, mundurnya Gilang Widya bukan sebuah jalan keluar karena anda tercatat sebagai pemilik saham. Justru, mundur dari presiden Arema FC tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menimbulkan masalah," urai Budi.
Terakhir, Budi Setiawan mengatakan bahwa Gilang Widya seharusnya segera mencabut kata-kata mundur dari jabatan presiden Arema FC dan kembali bersama pemain, management, direksi serta stakeholder Malang sampai tim berjuluk Singo Edan itu benar-benar stabil dan bangkit.
"Lebih baik kembali lagi, meminta maaf kepada Aremania (atas pengunduran diri kemarin), dan menghada secara gentleman. Jangan sampai mengatakan tidak dapat apa-apa selama menjabat presiden Arema FC," ujarnya.
"Mungkin sebelum gabung ke Arema FC, anda sudah terkenal, tapi ketika menjadi presiden Arema FC se-Indonesia tahu siapa juragan 99. Tentu disitu ada keuntungan materi dan immateri. Jadi harus fair melihat situasi ini, karena datang ke Arema FC akan berinvestasi , sekarang pergi dengan alasan sedih dan trauma saya kira itu cara-cara yang tidak patut ditiru," jelas Budi Setiawan.