TRIBUNNEWS.COM - Alarm bahaya mengintai masa depan Graham Potter setelah permasalahan inkonsistensi terus melanda Chelsea.
Terbaru, Chelsea kembali meraih hasil negatif setelah dikalahkan Manchester City dengan skor 0-1 di Stamford Bridge, Jumat (6/1/2023) dinihari tadi.
Kekalahan tersebut diperparah dengan cedera yang dialami Raheem Sterling dan Christian Pulisic pada babak pertama.
Cedera Sterling dan Pulisic secara tidak langsung membuat skuad Chelsea semakin menipis.
Baca juga: Chelsea Kalah dari Man City, Graham Potter Akui Frustasi Gegara Sterling & Pulisic Cedera
Tak kurang dari sepuluh pemain Chelsea harus masuk meja perawatan pada saat ini.
Situasi itu seakan membuat kondisi Chelsea makin runyam karena permasalahan inkonsistensi dan badai cedera pada musim ini.
Akibat performa inkonsistensi tersebut, Chelsea saat ini masih terperosok ke posisi kesepuluh di kompetisi Liga Inggris.
Raihan 25 poin dari 17 laga bukanlah catatan yang mengesankan bagi tim sekelas Chelsea yang hobi belanja pemain mahal.
Torehan tujuh kemenangan, empat hasil imbang dan enam kekalahan menjadi bukti performa inkonsistensi Chelsea musim ini di liga lokal.
Chelsea saat ini terpaut sepuluh angka dari posisi zona Liga Champions sekaligus zona degradasi di Liga Inggris.
Jarak Chelsea dengan Arsenal selaku pemuncak klasemen bahkan terpaut kurang lebih 19 poin.
Berkaca dari kondisi tersebut, perjuangan Chelsea untuk bisa bangkit kembali pada paruh kedua musim ini benar-benar akan diuji.
Jika Chelsea tidak mampu kembali ke jalur kemenangan pada laga-laga berikutnya, maka masa depan Graham Potter semakin terancam.
Bukan hal mustahil, jika manajemen Chelsea bisa memberhentikan Graham Potter dalam waktu dekat seandainya performa The Blues tidak kunjung membaik.
Sejak ditunjuk Chelsea menggantikan posisi Thomas Tuchel sebagai pelatih, Graham Potter belum sepenuhnya bisa mengembalikan performa terbaik timnya.
Dari 11 laga Chelsea di Liga Inggris, Graham Potter hanya mampu membawa The Bleus menang sebanyak empat kali saja.
Tujuh laga sisanya berakhir dengan hasil berupa tiga seri dan empat kekalahan.
Koleksi 15 poin dari 11 laga tentu bukanlah catatan yang diharapkan Chelsea ketika mempercayakan posisi pelatih utama kepada Potter.
Kini, keputusan memecat Thomas Tuchel dan menunjuk Graham Potter seakan menjadi bumerang bagi tim asal London tersebut.
Chelsea Butuh Juru Selamat
Berbicara tentang Chelsea, tim tersebut sebenarnya cukup dikenal sebagai klub yang hobi gonta-ganti pelatih.
Sejak era Roman Abramovich mengakuisisi Chelsea pada tahun 2003 lalu, tak sedikit pelatih mentereng didatangkan untuk menangani The Bleus.
Hasilnya memang menawan, karena Chelsea menjelma sebagai salah satu klub besar Liga Inggris yang bergelimang dengan trofi.
Tatkala performa Chelsea menurun dan berada pada fase inkonsistensi, tak jarang pula pemecatan menjadi opsi terbaik untuk menghentikan tren tersebut.
Roberto Di Matteo, Jose Mourinho, Guus Hidink, Rafael Benitez, hingga Thomas Tuchel menjadi contohnya pada masa lalu.
Padahal, nama-nama pelatih diatas sempat memberikan gelar juara bergengsi bagi tim yang bermarkas di Stamford Bridge.
Kini, pemecatan menghantui masa depan Graham Potter jika tidak segera mengembalikan Chelsea ke jalan kemenangan.
Meskipun sudah berganti pemilik dari Abramovich ke Todd Boehly, Graham Potter tetaplah harus waspada kalau posisinya bisa digantikan orang lain.
Apalagi jika Chelsea sudah merasa bahwa timnya benar-benar butuh juru selamat, pemecatan Graham Potter tampaknya hanya tinggal menunggu waktu saja.
Menarik untuk melihat bagaimana masa depan Graham Potter bersama Chelsea pada beberapa waktu mendatang.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)