TRIBUNNEWS.COM - Chelsea tinggal selangkah lagi meresmikan kedatangan Joao Felix dari Atletico Madrid.
Joao Felix telah menginjakkan kakinya di kompleks latihan Chelsea untuk menjalani tes medis.
Namun, misi Chelsea mendatangkan Joao Felix bukannya tanpa isu miring yang menyertai.
Baca juga: Joao Felix Semakin Dekat untuk Pindah ke Chelsea, Bisa Segera Hengkang dengan Status Pinjaman
Tak sedikit yang memberi label peminjaman Felix ini sebagai panic signing atau transfer panik klub untuk sekadar mendatangkan pemain baru.
Pasalnya, Chelsea harus merogoh kocek senilai 11 juta Euro dan membayar seluruh gaji Felix selama sang pemain berada di Stamford Bridge.
Ditambah lagi, mereka tak memiliki opsi pembelian di akhir musim bagi rekan senegara Cristiano Ronaldo tersebut.
Rasanya kurang adil untuk langsung menempelkan stempel tersebut kepada Chelsea.
Bisa dibilang, Joao Felix dipandang sebagai salah satu opsi yang tersedia untuk meningkatkan kreatifitas tim.
Memang sisi kreatif The Blues terus-terusan menjadi sorotan dalam beberapa bulan terakhir.
Bahkan pelatih Chelsea sebelum Graham Potter, yaitu Thomas Tuchel pernah bicara blak-blakan soal hal ini.
Ia menyoroti pemainnya yang sangat sulit menciptakan peluang-peluang matang.
Hal tersebut berimbas pada sulitnya Chelsea mencetak gol ke gawang lawan pada beberapa pertandingan terakhir di era Tuchel.
Mandeknya keran gol tim dibarengi dengan rapuhnya lini belakang yang membuat tim asal London itu menjadi bulan-bulanan.
Thomas Tuchel sebelumnya berupaya mengubah mampetnya keran gol dan kreatifitas tim dengan mengganti sistem permainan tim.
Formasi yang ditampilkan pun turut mengalami perubahan.
Namun hal tersebut tak membawa dampak positif.
"Kami tidak bisa menciptakan banyak peluang, umpan-umpan selalu tidak akuran dan adanya dribbling yang salah," ungkap Tuchel pada medio Mei 2022 lalu sebagaimana dikutip dari laman SI.
"Pada momen tertentu kami bermain seperti tertinggal 2-0 bukan menang dengan skor yang sama."
"Kami mencoba mengganti struktur tim."
"Saya tidak tahu apakah itu keputusan yang tepat, saya perlu melihatnya lagi," sambungnya.
Era Potter
Apa yang disampaikan Tuchel pada medio Mei 2022 lalu bisa dibilang belum mendapatkan solusi yang berarti.
Graham Potter yang kini memimpin The Blues juga belum bisa mengubah permasalahan kreatifitas tim.
Saking kesulitannya mencetak gol, rival sekota Arsenal ini baru mencetak 20 gol di Liga Inggris musim ini.
Leeds United dan Leicester City yang berada di peringkat 13 dan 14 Liga Inggris saja memiliki jumlah gol yang lebih banyak dari Chelsea.
Melihat skema yang dilakukan Potter sejauh ini, ia memang kurang memberikan penekanan pada para pemainnya menyerang lewat lini tengah.
Bola lebih banyak mengalir dari sisi sayap dengan mengandalkan kecepatan para winger.
Kedatangan Joao Felix dapat menjadi opsi baru di lini tengah.
Ia bisa menggantikan peran Mason Mount dan Christian Pulisic yang selama ini kerap mengisi posisi nomor 10.
Skill menawan Joao Felix yang seakan tenggelam di Atletico Madrid barangkali dapat kembali bersinar di bawah Graham Potter.
Apalagi, Potter dan Diego Simeone memiliki pendekatan taktik yang berbeda.
Potter sebenarnya menekankan pada kolektifitas penyerangan dengan ball possession.
Sedangkan Diego Simeone menggemari tim arahannya bermain dengan serangan balik cepat.
Dengan tipe permainan Joao Felix, ia memiliki peluang besar untuk bersinar dan memperbaiki perfoma The Blues yang jeblok dalam beberapa bulan terakhir.
(Tribunnews.com/Guruh)