TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Muhadjir Effendy mengklarifikasi soal pernyataannya yang menyebutkan "Jangan ketika Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia seakan mau kiamat".
Muhadjir Effendy menyadari bahwa pernyataannya tersebut sangat hiperbolis dan bisa menimbulkan polemik
"Saya mohon maaf dengan pernyataan yang menurut saya, memang sangat hiperbolik, saya kira kalau menyebut enggak akan kiamat itu," kata Muhadjir dalam keterangannya, ditulis Rabu (29/3/2023).
Oleh karena itu, Muhadjir meminta pernyataannya soal kiamat itu tidak ditulis.
Ia mengaku takut terkena perundungan atau bully dari masyarakat, khususnya pencinta sepak bola Indonesia dari ucapan tersebut.
"Saya ingin, saya ingin bekerja dengan tenang tidak diliputi dengan bully," ujarnya.
Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan, pemerintah menempatkan posisi persoalan pelaksanaan Piala Dunia U-20 dalam desain besar pembangunan manusia Indonesia.
"Kami mohon doanya, dan mudah-mudahan semuanya berjalan, ada titik temu, kesepakatan," ujar Muhadjir.
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Menpora, Muhadjir Effendy beserta jajarannya turut hadir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi X DPR RI, di DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Dalam RDP ini membahas tiga agenda salah satunya persiapan Piala Dunia U-20 2023.
Dalam pemaparan awalnya, Muhadjir menjelaskan tentang Pembangunan Manusia.
Dalam konteks ini Muhadjir mengatakan bahwa gelaran Piala Dunia U-20 bukan lah program besar atau penting dalam pembangunan manusia di Indonesia.
“U-20 ini bukan bagian yang besar dalam konteks pembangunan pemuda Indonesia hanya ada di bagian kecil bahwa dilihat di skala prioritas bukan jadi prioritas yang menentukan masa depan Indonesia,” kata Muhadjir.
“Jangan sampai ini kalau U-20 batal Indonesia mau kiamat. Jadi ini sebetulnya hal yang biasa saja. jangan terlalu melihat ada sesuatu hal yang luar biasa, saya ingatkan agar tidak terhanyut dalam euforia protes-protes, hiruk pikuk, bahwa ada cita-cita besar yang kita rencanakan dengan sistemik dan terprogram dengan baik. Jangan sampai hanya tidak dalam posisi strategis itu menjadi perhatian kita sehingga kita lupa dengan program-program yang masih banyak,” terangnya.