TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali khawatir terhadap efek domino yang ada buntut batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.
Saat ini FIFA masih belum memutuskan sanksi apa yang akan dijatuhkan untuk Indonesia buntut perhelatan Piala Dunia U20 yang batal digelar.
Wakil Ketua PSSI Zainuddin Amali khawatir Indonesia bakal terkena sanksi berat seperti yang pernah terjadi pada 2015 lalu, yakni di-bannded FIFA.
Dalam pernyataannya, FIFA memang masih akan tetap berkomitmen untuk membantu Indonesia dalam melakukan transformasi sepakbola pasca tragedi Kanjuruhan tahun lalu.
Namun, soal sanksi yang dikenakan gegera batal digelarnya Piala Dunia U20 adalah sepenuhnya kewenangan FIFA.
Baca juga: Pemain Timnas U20 Tumpahkan Kekesalan ke Ganjar Pranowo Buntut Batalnya Piala Dunia U20 di Indonesia
Untuk diketahui, Indonesia pernah terkena hukuman dari FIFA pada 2015 lalu. Sanksi tersebut merupakan buntut konflik antara PSSI dengan pemerintah lewat Kemenpora.
Indonesia kemudian di banned FIFA dan berimbas pada terhentinya kompetisi sepakbola dalam negeri.
"Kalau kita di banned seperti 2015 yang lalu, berarti kita tidak bisa mengikuti semua pertandingan yang telah dilaksanakan oleh FIFA, pertandingan dunia, Asia, ASEAN, kemudian tentu tidak bisa melaksanakan FIFA Matchday seperti lawan Burundi kemarin," kata Zainuddin Amali saat berbicara di Metro TV.
Jika sanksi tersebut diberikan ke Indonesia, situasi pada 2015 bakal terulang lagi, di mana hal itu berujung pada terhentinya kompetisi.
Apabila kompetisi terhenti, maka situasi ini jelas akan merugikan banyak pihak. Banyak pemain, pelatih, official tim yang bakal menganggur.
Masyarakat yang terlibat didalamnya pun akan kehilangan mata pencaharian. Sehingga, hal ini tentu juga akan berpengaruh terhadap jalannya roda ekonomi.
Baca juga: Piala Dunia U20 Batal di Indonesia, Erick Thohir: Ini Saatnya Kita Harus Membuktikan Kepada FIFA
Pada 2015 lalu, Zainuddin pernah mendapat laporan dari PSSI, di mana kala itu ada kerugian sebesar Rp 3 triliun buntut kompetisi yang terhenti.
"Sangat jauh (efeknya). Bisa dibayangkan, pemain pelatih yang memang kerjanya di sepakbola, kalau kompetisinya terhenti, Liga 1 Liga 2 Liga 3, itu kan pasti kehilangan pekerjaannya."
"Kita pernah mengalami waktu itu, data yang saya dapatkan dari PSSI waktu itu, beberapa bulan, hampir setahun kita berhenti kompetisi sekitar Rp3 triliun yang hilang waktu itu."