TRIBUNNEWS.COM - Kepentingan politik di Turki dalam agenda pemilihan umum (Pemilu) presiden tahun ini, mengancam keberlangsungan agenda final Liga Champions.
UEFA tengah bersiap untuk memindahkan venue final Liga Champions 2022/2023 dari Istanbul.
Langkah inii diambil untuk mengantisipasi kerusuhan terjadi di Turki akibat agenda pemilu presiden.
Pemilu di Turki akan dilangsungkan pada 14 Mei mendatang, alias satu bulan sebelum final Liga Champions musim ini berlangsung di Stadion Ataturk.
Baca juga: Lazio & AS Roma Rebut Slot Liga Champions, Inter Milan Rawan Jadi Penonton Saja di UCL
Diwartakan Independent, Presiden Recep Tayyip Erdogan sudah mendeklarasikan pencalonannya dan saat ini menjadi calon terkuat.
Pria berusia 69 tahun itu merintis karier politiknya sebagai wali kota Istanbul dari 1994 hingga 1998, kemudian naik sampai ke posisi teratas di Turki.
Dia mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan AKP pada tahun 2001 dan hingga saat ini mendominasi politik di negaranya.
Diprediksi agenda pemilihan presiden di Turki nanti berlangsung panas dan ketat. Dan tak menutup kemungkinan akan terjadi kericuhan terlepas dari hasilnya seperti apa.
Belakangan, posisi Erdogan makin tersudut akibat krisis ekonomi yang melanda Turki jauh sebelum pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina.
Ini membuat situasi politik di negara Hakan Calhanoglu diklaim tidak berada dalam kondisi baik-baik saja.
UEFA sebagai pemangku hajat pagelaran Liga Champions memantau perkembangan.
Mereka telah melakukan serangkaian pengamatan untuk menilai apakah final Liga Champions akan mengalami perubahan venue.
Bahkan UEFA kabarnya telah berkirim surat kepada pihak keamanan/kepolisian di Turki untuk menambah personel pada final Liga Champions nanti.
Tujuannya jelas, yakni mengantisipasi segala kemungkinan, baik dari segi suporter maupun kerusuhan buntut dari panasnya politik di Turki.