Di level tertinggi, Jerman membujuk Jamal Musiala agar beralih dari timnas Inggris, dan timnas Italia belakangan memanggil Mario Retegui yang terlahir dan besar di Argentina," tulis ulasan tersebut.
Baca juga: Tiga Faktor yang Bikin Shin Tae-yong Layak Dipertahankan Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Baca juga: Tiga Auditor Firma Ternama Sambangi Kantor PSSI, Erick Thohir Perintahkan Buka Semua Data Keuangan
Dalam konteks Indonesia, PSSI melakukan naturalisasi terhadap pemain keturunan yang memiliki kualitas jelas di atas pemain lokal.
Hal tersebut bisa dianggap langkah maju ketimbang naturalisasi di era sebelumnya, yang menggaet pemain asing uzur dari liga lokal.
FIFA belakangan juga mempermudah regulasi perpindahan asosiasi, yang menandakan otoritas sepak bola dunia itu menginginkan negara lemah dapat mencari pemain lebih baik.
Progres Timnas Indonesia
Poin kedua, mengenai "hasilnya gini-gini aja".
Kalimat tersebut perlu penjelasan mengenai apa yang diinginkan para pengkritik itu agar Shin Tae-yong tak dicap "gini-gini aja".
Timnas Indonesia mencatatkan finish sebagai runner-up Piala AFF 2020 dan semifinalis Piala AFF 2022.
Capaian tersebut memang biasa saja, tetapi dalam dua kesempatan itu, Indonesia selalu dikalahkan dua negara yang memang lebih baik, yaitu Thailand dan Vietnam.
Di Kualifikasi Piala Asia 2023, Indonesia jelas melakukan "over-achieving" dengan mengalahkan Kuwait dan Nepal, serta kalah tipis dari Yordania, untuk lolos ke Piala Asia 2023.
Itu juga belum menghitung sederet hasil positif dalam FIFA Matchday melawan Timor Leste, Curacao, hingga Burundi.
Hasilnya, ranking FIFA Indonesia melesat dari 170 menjadi 149.
"Jadi, tampaknya para pengkritik Shin Tae-yong itu memerlukan alasan lebih objektif (bukan cuma sentimen pelatih lokal) agar pendapatnya layak didengar," tulis ulasan BolaNas.
(Najmul Ula/BolaNas)