Dalam lima tahun terakhir, AC Milan mulai kembali ke jalur yang benar sebagai tim besar dari Italia.
Padahal sebelumnya, mulai dari 2014 hingga 2018 sebelum kedatangan Maldini, Rossoneri selalu finis di luar lima besar.
Namun semenjak kedatangan Maldini, perlahan AC Milan mulai bangkit hingga kemudian berhasil menjadi juara Liga Italia pada musim lalu, mengakhiri penantian 11 tahun sejak musim 2010-2011.
Maldini mempunyai andil besar dalam keputusan klub untuk merekrut sejumlah pemain seperti Rafael Leao, Theo Hernandez, Sandro Tonali hingga Mike Maignan. Mereka mau bergabung dengan AC Milan berkat sosok sang legenda.
Memang secara pengeluaran untuk belanja pemain, AC Milan dalam beberapa tahun terakhir cukup boros.
Tercatat pada musim 2019/2020, saat Paolo Maldini mulai aktif menjadi Direktur Olahraga, AC Milan mendapat pemasukan transfer senilai 59 juta Euro.
Namun pengeluaran mereka juga cukup besar, yaitu senilai 124 juta Euro.
Ada minus sekira 64 juta Euro yang melanda AC Milan dari sisi penjualan pemain.
Neraca keuangan Rossoneri membaik semusim setelahnya.
Armada Stefano Pioli mencatatkan untung 20 juta Euro di bursa transfer. Namun musim setelahnya, AC Milan kembali menelan rugi.
Rossoneri boncos 87 juta Euro pada musim 2021/2022. Sedangkan pada musim 2022/2023 mereka buntung 43 juta Euro.
Baca juga: Drama Transfer AC Milan era Paolo Maldini, Rajin Datangkan Pemain, Sulit Cari Cuan
Kesulitan Paolo Maldini dan Ricky Massara dalam menyeimbangkan neraca keuangan tim barangkali ikut menjadi sebab pemecatan mereka.
Namun demikian, sebagai sebuah klub di jaman modern saat ini, AC Milan selayaknya tak hanya mengandalan pemasukan dari urusan transfer pemain saja.
Seharusnya mereka bisa mendapatkan pemasukan dari bisnis di luar lapangan.