News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Champions

Takdir Juara Guardiola di Tangan Gelandang, Rodri Mengukir Namanya dalam Sejarah Manchester City

Penulis: Deny Budiman
Editor: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gelandang Spanyol Manchester City #16 Rodri (Tengah) merayakan gol pertama timnya selama pertandingan sepak bola final Liga Champions UEFA antara Inter Milan dan Manchester City di Stadion Olimpiade Ataturk di Istanbul, pada 10 Juni 2023.

TRIBUNNEWS.COM- Pep Guardiola tampak gelisah di pinggir lapangan Stadion Ataturk, Istanbul, Turki tempat digelarnya duel Manchester City kontra Inter Milan dalam final Liga Champions (11/6) kemarin.

Guardiola ini tak pernah mau diam: berdiri sembari menggigit kuku jari, berjongkok dengan mata mengernyit, dan mengumpat berkali-kali saat peluang terlepas.

Tapi kepada para pemainnya, Guardiola yang kentara gelisah ini, terus menginstruksikan untuk tetap tenang. "Rileks! Rileks! Rileks," ujarnya berkali-kali.

Wajar Guardiola gelisah. Dia sudah 12 tahun lamanya tanpa trofi Liga Champions, sejak terakhir meraihnya pada 2009, dan 2011 lalu. Kedua trofi UCL saat itu diraihnya bersama Barcelona, dan Lionel Messi.

Tahun 2021, dia berhasil menggiring Manchester City ke final Liga Champions. Sayangnya, mereka kalah 0-1 dari Chelsea. Kini, kesempatan kembali berada di depan mata. Dan City difavoritkan juara berkat penampilan mereka yang nyaris sempurna.

Mereka juga kuat di liga domestik setelah merebut trofi Liga Primer, dan trofi Piala FA. Sementara Inter Milan tak terlalu meyakinkan.

Striker Manchester City Erling Haaland merayakan dengan manajer Manchester City Pep Guardiola setelah memenangkan pertandingan final Liga Champions antara Inter Milan dan Manchester City di Stadion Olimpiade Ataturk pada 10 Juni 2023. (FRANCK FIFE / AFP)

Namun, laga final ini ternyata jauh lebih sulit dari yang diperkirakan banyak orang.  Ketika City menaklukkan Bayern Muenchen di perempatfinal, dan Real Madrid di semifinal, banyak yang menyangka mereka sudah melewati hal tersulit di Liga Champions musim ini.

Hal yang terbukti keliru. Babak pertama, City sudah kehilangan sang playmaker, Kevin de Bruyne karena cedera. Ini menjadi rumit karena pada babak pertama itu para gelandang City tampil buruk.

Namun, Guardiola tetap yakin. Pelatih asal Spanyol ini pernah mengatakan, dia akan memilih tim yang terdiri dari 11 gelandang jika dia bisa.

Terbukti kemudian, bahkan di musim ketika Erling Haaland mencetak 52 gol, gol penentu kemenangan di final Liga Champions justru datang dari seorang gelandang: Rodri, yang babak pertama bermain buruk.

Final Liga Champions Guardiola memang selalu identik dengan peran kepahlawanan gelandang bertahan: pada 2009 dan 2011, dia memiliki Sergio Busquets, yang ditarik dengan cepat dari sistem pemain muda Barcelona karena dia cocok dengan tos Guardiola; pada 2009 itu dia juga memiliki Yaya Toure sebagai bek tengah  yang rajin naik menyerang.

Namun, pada tahun 2021, Guardiola tidak memiliki spesialis gelandang bertahan, dengan Rodri hanya duduk manis di samping Fernandinho di bangku cadangan.

Dan pada tahun 2023, Rodri menjadi gelandang bertahan yang mengukir namanya dalam sejarah City. Ketika umpan silang Bernardo Silva membentur Francesco Acerbi dan bola keluar ke tepi kotak penalti, Rodri langsung menyambar dengan tendangan kaki kanan yang akurat. Jala gawang Inter pun bergetar.

Jangan lupakan pula peran partner Rodri, John Stones. Dia merupakan temuan orisinal Guardiola. Dari semula seorang bek, Stoner bermetamorfosis menjadi gelandang bertahan yang luar biasa.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini