TRIBUNNEWS.COM - Belum beres persoalan aksi rasisme yang terjadi di Liga 1 pada pekan pertama, kini di pekan kedua muncul pula masalah ricuh antar suporter.
Dua insiden yang mewarnai perhelatan Liga 1 selama dua pekan berjalan ini menggambarkan tidak ada pembelajaran dari para suporter menatap musim yang baru.
Pekan pertama lalu, aksi rasisme terjadi dalam laga Persija Jakarta vs PSM Makassar yang berkesudahan skor 1-1.
Sepanjang laga yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Senin (3/7/2023) itu, pemain dari kedua tim bermain dengan intensitas tingi.
Pertandingan berlangsung dengan lancar, meski seusai pertandingan kedua pelatih saling melempar kritik baik kepada tim maupun wasit.
Sengitnya permainan di lapangan sampai dibawa-bawa ke luar lapangan. Komentar-komentar di media sosial setelah pertandingan rampung menjadi liar.
Baca juga: Erick Thohir Setuju, Liga 1 2023 Bisa Dihentikan Sementara Gegara Aksi Rasisme
Sejumlah pemain PSM yakni Yakob Sayuri, Yuran Fernandes, dan Erwin Gutawa mendapat banyak komentar rasisme dari oknum suporter di media sosial.
Kejadian rasisme yang terjadi ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI).
APPI bahkan mengusulkan kepada PSSI untuk mengentikan sejenak kompetisi menyusul aksi rasis yang terjadi, yang juga diiyakan oleh Ketua PSSI, Erick Thohir.
Persoalan rasisme ini masih dibahas oleh PT LIB dan PSSI yang akan menentukan sanksi yang tepat bagi pihak yang terlibat.
Di tengah permasalahan rasisme itu belum selesai itu, aksi tak terpuji lainnya juga dilakukan oleh para suporter saat mendukung tim kesayangannya berlaga.
Aksi itu kembali menyangkut laga PSM Makassar, tepatnya saat melawan Dewa United yang digelar di Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare, Sabtu (9/7/2023).
Para pendukung Juku Eja terlibat dalam aksi kericuhan antarsuporter di stadion. Akibat kejadian itu, sampai membuat empat orang penonton mengalami luka-luka.
Ketegangan terjadi di sisi tribune terbuka selatan Stadion BJ Habibie setelah laga babak pertama antara PSM dan Dewa United.
Baca juga: Jadi Korban Rasisme di Liga 1, Tiga Pemain PSM Makassar Siap Tempuh Jalur Hukum
Menurut laporan Tribun Timur, terlihat suporter yang memenuhi tribune terbuka selatan berhamburan. Sejumlah oknum suporter saling serang dan kejar-kejaran
Belum jelas pemicu kerusuhan itu, namun diduga ini dikarenakan adanya saling bersenggolan saat memberikan dukungan saat laga PSM vs Dewa United.
Berdasarkan informasi dari Kompas TV, bentrokan di laga PSM vs Dewa United menyebabkan 4 suporter sepak bola terluka karena terkena lemparan batu dan material besi.
“Tiga korban luka ditangani, satu lainnya dibawa ke rumah sakit di Parepare karena luka di bagian kepala lantaran lemparan benda keras,” demikian laporan Kompas TV.
Adapun Dewa United berhasil meraih kemenangan 2-1 atas PSM Makassar dalam pekan kedua Liga 1, kasta tertinggi Liga Indonesia 2023-2024.
Jelas dua fenomena yang terjadi di pekan-pekan awal Liga 1 ini menunjukkan ketidakdewasaan suporter dalam meberikan dukungan kepada timnya.
Baca juga: Empat Orang Luka-luka dalam Bentrok Suporter di Laga PSM vs Dewa United
Aksi rasisme di dunia sepakbola sangat ditentang, terlebih di Eropa. Presiden FIFA Gianni Infantino kerap kali bersuara terkait permasalahan rasisme di sepakbola.
Ia mengajak semua pihak untuk bersatu dan menentang aksi rasisme dan tidak memberikan tempat sekecil apapun untuk aksi rasisme.
Pun hal halnya soal kericuhan suporter. Ketua PSSI Erick Thohir jauh sebelum bergulirnya Liga 1 telah berpesan agar semua pihak menciptakan situasi yang kondusif demi keberlangsungan sepakbola yang lebih baik.
Pesan yang disampaikan Erick Thohir ini tak lepas dari peristiwa Tragedi Kanjuruhan tahun lalu yang menyebabkan hilangnya 135 nyawa.
Seperti diketahui, sepakbola Indonesia sempat terhenti akibat tragedi Kanjuruhan. Beruntungnya Indonesia tidak disanksi berat oleh FIFA.
Namun ET juga mengingatkan, tidak diberikan sanksi berat oleh FIFA bukan berarti suporter bisa bebas bertindak semaunya ketika memberikan dukungan kepada klub.
Mantan Presiden Inter Milan itu mengingatkan, Indonesia bisa mendapat sanksi berat jika mengulangi kesalahan yang sama.
“Ingat, peristiwa Kanjuruhan masih ada dalam catatan FIFA. Kita beruntung hanya diberi sanksi yang ringan, sehingga tetap bisa menggelar pertandingan internasional, FIFA Matchday dan kompetisi,” tegas Erick Thohir saat melakukan kunjungan di Stadion Manahan Solo, 4 Juni lalu.
“Namun jika ada kerusuhan, seperti di akhir musim lalu, percayalah, FIFA akan berhentikan sepak bola Indonesia. Jangan jadi bangsa yang lupa, sebab FIFA tidak akan lupa,” bebernya.
(Tribunnews.com/Tio)