Dirut LIB Akui Bersatunya Bonek dan Jakmania di SUGBK Tumbuhkan Harmonisasi, Tapi Tetap Ada yang Dilanggar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Ferry Paulus mengakui hadirnya suporter away membuat suasana perdamaian antar suporter kian terasa.
Salah satu momennya terjadi kala beberapa suporter Persebaya hadir di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta saat menghadapi Persija Jakarta.
Bonek dan Persija tampak akur dan membaur dalam pertandingan di Liga 1.
Baca juga: Momen Pemain Persija Selamatkan Wasit dari Sergapan Oknum Suporter yang Masuk Lapangan
Meski demikian, Ferry Paulus menyadari bahwa hal itu juga melanggar aturan dari Liga 1 2023/2024 yang masih melarang hadirnya suporter away di Stadion.
“Pertama, yang namanya aturan itu tetap harus ditegakkan, apa pun itu ujungnya, konsekuensinya tetap harus dijalankan, sehingga tinggal bagaimana mau ada barangkali deviasi-deviasi lain, mau ada perubahan, mau ada perbaikan, itu semua tergantung daripada kebijakan PSSI,” kata Ferry Paulus di Kantor BEI Jakarta, Senin (7/8/2023).
“Kalau dibilang bahwa bagaimana tanggapannya tentang yang kemarin, ada Bonek ada Jakmania. Ya, saya pikir yang harus diambil angle-nya dari sisi positifnya bahwa kehadirannya memang ada harmonisasi, meskipun pelanggaran itu tetap dilanggar,” sambungnya.
Untuk itu, Ferry Paulus pun mengembalikan kebijakan aturan regulasi suporter kepada PSSI.
Terlebih di PSSI ada komite-komite yang khusus membawahi suporter.
Ferry Paulus juga sadar, aturan yang dibuat ini memang berangkat dari rekomendasi FIFA dan apalagi nanti pada saat masa kampanye akan ada aturan kapasitas 50 persen bagi suporter di Stadion.
“Di PSSI kan ada komite yang membawahi suporter, Komite Suporter, PNSSI (Presidium Nasional Suporter Sepakbola Indonesia), itu juga tinggal mencarikan jalan keluar terbaik untuk melihat situasi bahwa ketentuan yang dikeluarkan PSSI itu kan datangnya dari rekomendasi FIFA, ya akan dipantau dan sebagainya,” terang eks bos Persija tersebut.
“Apalagi dalam waktu dekat ini mau ada kampanye untuk pemilu, kan polisi menetapkan melarang itu. Jadi bukan kita, PSSI semena-mena melarang itu. Ya itu datangnya dari kebijakan dan kearifan lokal dari masa-masa tertentu,” pungkasnya.