"Saya berharap tidak ada lagi turnamen AFF U23 karena pemain U23 masih banyak yang bermain di Liga 1," ujar Shin Tae-yong dikutip Bola Sports.
"Dan banyak pemain yang dipanggil dari tim inti klub Liga 1,"
"Jadi dengan adanya turnamen AFF U23 ini sebenernya merugikan,"
"Dan mengganggu perkembangan sepak bola sebuah negara," tukasnya menambahkan.
Apa yang disampaikan Shin Tae-yong seakan menjadi curhatan dirinya sebagai pelatih Garuda.
Diketahui, Shin Tae-yong kerapkali berkonflik dengan pelatih Liga 1 terkait pemanggilan punggawa Timnas Indonesia.
Hal itulah yang barangkali membuat Shin Tae-yong tidak sungkan untuk memposisikan diri sebagai pelatih klub di tanah air.
Disisi lain, agenda Piala AFF U23 yang penyelenggaraannya tidak masuk agenda FIFA memang rawan menimbulkan konflik.
Hal ini dikarenakan timeline turnamen tersebut rawan bertabrakan dengan kompetisi lokal yang tengah dilangsungkan dalam suatu negara termasuk Indonesia.
Jika menelisik lebih jauh, penyelenggaraan Piala AFF U23 sebenarnya juga tidak terlalu konsisten digelar sesuai jadwal.
Hal itu dibuktikan dengan fakta bahwa Piala AFF U23 baru digelar sebanyak empat kali sepanjang sejarah termasuk tahun ini.
Padahal, turnamen Piala AFF U23 tercatat perdana diselenggarakan pada tahun 2005 silam di Thailand.
Setelah 14 tahun vakum, Piala AFF U23 baru kembali digelar pada tahun 2019 dimana Indonesia berhasil keluar sebagai juara.
Ditambah, turnamen sepak bola usia 23 tahun sebenarnya sudah ada panggungnya yakni di cabor SEA Games 2023.
Berdasarkan fakta tersebut, tak mengherankan jika Shin Tae-yong berdalih Piala AFF U23 lebih baik ditiadakan pada edisi-edisi mendatang.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan) (Bolasport.com/AbdulRahman)