"Faktanya, sulit mengharapkan Vietnam bisa bermain dengan lancar saat ini, ketika tim masih dalam keadaan kacau dengan percobaan (eksperimen Troussier)," tambahnya.
Troussier juga tidak dapat memanggil seluruh pemain terbaik Vietnam, baik dari mereka yang memiliki kualitas ataupun pengalaman.
Pelatih asal Prancis itu memilih dengan cara kombinasi pemain muda yang jarang bermain pada kesempatan sebelumnya.
"Lalu, dalam situasi yang penuh kekurangan seperti ini, apa yang diharapkan tim dan suporter Vietnam dari hasil laga persahabatan 17 Oktober nanti?" tanya Soha soal laga melawan Korea Selatan.
"Vietnam hampir tidak bisa berpikir untuk menang melawan Korea, bahkan hasil imbang pun sangat sulit," jelasnya.
Hal itu pernah diungkapkan oleh Troussier, bukanlah hasil yang mereka incar, melainkan pembelajaran yang bisa dipetik melawan tim ranking 30 besar FIFA.
Bahkan Troussier sudah memprediksi, Vietnam tidak akan lebih memegang penguasaan bola melebihi 30 persen.
Namun baginya, penting untuk belajar disiplin, terutama dalam bertahan meskipun bermain tanpa bola karena dominasi Korea Selatan.
"Melawan Korea, kami perlu meningkatkan dan lebih memperkuat organisasi pertahanan kami dalam situasi terbuka," ucap Troussier.
"Saya menilai tim hanya bisa menguasai 30-35 persen penguasaan bola. Sisa waktu tanpa bola harus terorganisir dengan baik, disiplin dalam bertahan," jelasnya.
Pada dua laga sebelumnya, Vietnam kebobolan karena lini pertahanan yang kurang terorganisir.
Ditambah dengan gaya permainan yang belum terbentuk.
"Gaya bermain yang belum terbentuk, kekuatan belum terbaik, dan menghadapi tim kelas dunia, besar kemungkinan Vietnam akan mengalami kekalahan dengan skor telak."
"Skenario ini semakin besar kemungkinannya jika tim Korea menggunakan skuad terbaik dan bermain keras seperi yang diprediksi media Korea," tutup artikel tersebut.