Ketika Haaland membawa City unggul melalui titik penalti di babak pertama, ia justru menggunakan chant "Keano" itu sebagai motivasi tambahan untuk mencetak gol dan merayakannya di depan Stretford End.
"Ada begitu banyak orang yang menyanyikan 'Keano', saya tidak tahu mengapa," kata Haaland sambil tersenyum. "Saya menggunakannya sebagai motivasi. Saya memberi mereka selebrasi yang bagus."
"Keano" adalah chant untuk mengenang tekel horor mantan kapten Setan Merah, Keane, terhadap ayah Haaland, Alf-Inge,
saat ia bermain untuk City periode 2000-2003. Dan Haaland junior membelas chant itu dengan cara yang manis lewat aksi gemilang yang menajdikannya sebagai man of the match.
Keane melakukan balas dendam kepada Haaland Snr pada tahun 2001,
empat tahun setelah pemain Norwegia ini terlibat dalam sebuah pertengkaran dengan pemain Irlandia yang membuat bintang United ini absen di sebagian besar musim 1997-98. Kala itu, Haaland Snr membela Leeds United.
Tekel sadis dari Keane terhadap Haaland Snr empat tahun kemudian akhirnya menjadi salah satu penyebab akhir karier profesional Haaland Snr.
Para pendukung United memutuskan untuk mencoba menggunakan insiden tersebut sebagai intimidasi untuk Haaland junior. Tapi itu tak berhasil.
Yang ada, striker asal Norwegia ini justru merajalela.
Sejak menit pertama, City terus menekan. Untung saja, kiper Andre Onana tampil gemilang, dengan menghalau sundulan Phil Foden, dan tendangan Jack Grealish.
Tapi dia akhirnya tak berdaya di kaki Haaland.
Berawal dari pelanggaran Rasmus Hojlund terhadap Rodri di kotak penalti United, wasit pun menunjuk titik putih.
Haaland maju sebagai eksekutor dan sukses mengecoh Onana yang salah menebak arah bola.
Babak kedua, Haaland menambah keunggulan di menit ke-49. Striker Norwegia itu menuntaskan umpan silang Bernardo Silva dengan sundulan yang gagal dihalau Onana.
Unggul 2-0, City justru terlihat semakin lapar. Mereka menambah gol ketiga pada menit ke-80.