Lini serang Mali terlihat lebih berbahaya dalam menciptakan peluang.
Beberapa peluang emas berhasil diciptakan oleh para pemain depan Mali seperti Ibrahim Kanate dan Ibrahim Diarra.
Hanya saja memang kegemilangan performa Paul Argney yang mengawal gawang Prancis mementahkan semua peluang dari Mali.
Sementara itu, Prancis lebih banyak mengandalkan serangan kilat dari sisi sayap.
Hanya saja serangan Prancis juga belum efektif karena para pemain depannya kerap kehilangan momentum di sepertiga lapangan akhir.
Gol yang ditunggu-tunggu akhirnya tercipta pada penghujung laga babak pertama.
Berawal dari kesalahan antisipasi Paul Argney dalam menghalau umpan silang, bola malah jatuh di kaki Ibrahim Diarra.
Ibrahim Diarra yang berada di posisi kosong tanpa ampun menghukum kesalahan lini belakang Prancis.
Tembakan Ibrahim Diarra sukses menjebol jala gawang Prancis dan membawa Mali unggul satu gol tanpa balas pada babak pertama.
Gol Ibrahim Diarra itu akhirnya menjadi pembeda hasil pertandingan pada paruh pertama di Stadion Manahan.
Menilik statistik pertandingan, Mali lebih dominan dalam hal menyerang meskipun tidak terlalu mendominasi penguasaan bola.
Pada babak pertama, Mali melepaskan lima tembakan yang mengarah gawang, unggul dua tembakan lebih banyak ketimbang Prancis.
Meskipun demikian, keberhasilan Mali memanfaatkan kesempatan pada penghujung laga babak pertama menjadi pembeda.
Babak kedua semakin seru, dimana Prancis terus mengambil inisiatif menyerang guna mencari gol penyama kedudukan.