Sedangkan, Porto cukup terisolir permainannya lantaran tidak punya banyak waktu dalam menguasai bola.
10 menit laga berlangsung, belum ada tembakan berbahaya yang mengarah ke gawang masing-masing tim.
Para pemain Arsenal yang mayoritas baru perdana tampil di fase gugur Liga Champions sepertinya masih belum bisa tampil lepas.
Beberapa kali, akurasi umpan dan keputusan pemain Arsenal saat memasuki sepertiga lapangan akhir lawan kurang mantap.
Tak mengherankan jika belum ada peluang berbahaya sama sekali yang diciptakan Arsenal pada 15 menit laga pembuka.
Porto selaku tuan rumah justru lebih berbahaya dalam menciptakan peluang ketimbang Arsenal.
Tepat pada menit 21, Porto hampir saja mencetak gol pemecah kebuntuan.
Kelengahan Saliba yang tidak aware terhadap pergerakan lawan hampir saja membuat Arsenal tertinggal.
Beruntung, peluang tuan rumah lewat Galeno digagalkan mistar gawang, skor pun masih tanpa gol di Estadio do Dragao.
Arsenal lebih banyak mengandalkan set piece untuk menciptakan peluang ketika skema open play tidak berjalan dengan lancar.
Hanya saja memang efektifitas set piece Arsenal masih belum maksimal, karena belum ada yang membuahkan peluang berbahaya ataupun gol.
Penguasaan bola Arsenal hampir 70 persen pada 30 menit laga, namun belum ada satupun peluang berbahaya yang diciptakan.
Di tengah situasi deadlock, Trossard mencoba melepaskan tendangan spekulasi.
Namun, hasilnya tak terlalu mengesankan, bola sepakatan Trossard masih melambung jauh ke atas.