TRIBUNNEWS.COM - Laga hidup mati akan dijalani PSG saat menjalani leg kedua perempat final Liga Champions, Rabu (17/4/2024) dinihari nanti.
Tepat dalam laga melawan Barcelona, PSG selaku tim tamu berada dalam keadaan tertinggal 2-3 dari tim Catalan.
PSG setidaknya harus mampu menang dengan margin minimal dua gol jika ingin lolos ke semifinal Liga Champions.
Hanya saja bukan perkara mudah bagi PSG untuk bisa mengalahkan sekaligus menyingkirkan Barcelona.
Hal ini dikarenakan Barcelona tengah berada dalam tren terbaiknya di semua kompetisi musim ini.
Baca juga: Potensi 3 Wakil Spanyol Kuasai Semifinal Liga Champions, PSG Tetaplah Badut Eropa
Sejak Xavi Hernandez mengumumkan diri akan pergi dari Barcelona pada akhir musim ini beberapa waktu lalu, tren performa Barcelona justru malah menanjak dan cenderung konsisten terutama dalam meraih kemenangan.
Barcelona tercatat belum pernah merasakan pahitnya kekalahan dalam 13 laga terakhir di semua kompetisi.
Bahkan khusus di Liga Spanyol, Barcelona mampu meraih enam kemenangan beruntun dengan catatan cleansheet.
Puncaknya, Barcelona mampu mencuri kemenangan berharga saat mengalahkan PSG dengan skor 2-3 pada leg pertama.
Berkaca dari tren tersebut, jelas bukan perkara mudah bagi PSG untuk mengalahkan dan menyingkirkan Barcelona.
Apalagi PSG akan menghadapi tekanan besar lantaran melawan Barcelona di depan kandang lawannya, dinihari nanti.
Ditambah, PSG juga membawa beban tak mudah untuk melepaskan dirinya dari label badut Liga Champions.
Tidak bisa dipungkiri, perjuangan PSG untuk memenangkan gelar perdana Liga Champions masih belum berhasil.
Sejak diakuisisi pihak Qatar Sports Investments pada tahun 2011, proyek gila disusun PSG agar dapat memenangkan gelar perdana Liga Champions.
Hanya saja memang sampai saat ini, proyek megah tersebut masih belum menghasilkan sesuatu yang hebat di Liga Champions.
Selama hampir 1,5 dekade, PSG tetap saja kesulitan untuk merengkuh gelar perdana di Liga Champions.
Selain sempat menjadi finalis Liga Champions pada tahun 2020, langkah PSG lebih sering terhenti di fase gugur.
Dalam 11 musim terakhir di Liga Champions, laju PSG lebih banyak terhenti di babak 16 besar dan perempat final.
Dalam dua musim terakhirnya, langkah PSG bahkan terhenti di 16 besar di tangan Bayern Munchen dan Real Madrid.
Undian yang kerapkali tidak menguntungkan dianggap menjadi dalang utama PSG gugur di fase awal Liga Champions.
PSG terakhir kali mampu mencapai babak semifinal Liga Champions yakni pada musim 2020/2021.
Di musim tersebut, harapan PSG untuk lolos ke final Liga Champions ambyar di tangan Manchester City.
Melihat rekam jejak PSG yang sangat berambisi memenangkan gelar perdana di Liga Champions.
Tak sedikit pihak yang menganggap bahwa PSG merupakan salah satu badut Liga Champions sampai sekarang.
Adapun dasar utama mengapa PSG dianggap badut Liga Champions karena ambisi mereka tidak berbanding lurus dengan prestasi.
Meski memiliki skuad mewah setelah menggelontorkan banyak uang di bursa transfer pemain.
Nyatanya, PSG tidak mampu mengukir prestasi terbaik sebagaimana impian mereka untuk meraih gelar Liga Champions.
Kini, harga diri PSG kembali dipertaruhkan saat dipertemukan dengan Barcelona di leg kedua perempat final, dinihari nanti.
Kemenangan seakan menjadi harga mati yang harus diraih PSG jika tidak ingin disebut sebagai badut Liga Champions.
Pelatih PSG, Luis Enrique pun menyebut timnya sudah siap tempur untuk menyingkirkan mantan timnya sendiri.
Sekaligus mengamankan tiket semifinal kedua dalam sejarah PSG di panggung Liga Champions.
"Paris tidak pernah bisa lolos setelah kalah di leg pertama di kandang," aku Enrique dilansir laman UEFA.
"Tapi besok akan menjadi hari pertama kami melakukannya dan lolos,"
"Kami yakin bahwa kami akan membalikkan keadaan," tukasnya menambahkan.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)