"Kami selalu harus bereaksi terhadap perubahan dan kami belum dapat mengaktifkan solusi lain. Itu terlalu berlebihan dan kami sudah seperti ini sepanjang musim," jelasnya.
Menurut Tuchel, kekalahan timnya justru tak lepas dari adanya kontroversial dari sang pengadil laga alias wasit.
Ketika Bayern tertinggal 2-1 pada menit ke-13 masa tambahan waktu, Matthijs de Ligt mengira ia telah menyamakan kedudukan namun bendera asisten wasit sudah dikibarkan karena offside.
Para bek Real terhenti sebelum De Ligt melepaskan tembakan ke gawang dan tayangan ulang televisi menunjukkan keputusan awal mungkin bukan offside dan perlu diperiksa oleh asisten video wasit [VAR].
Namun karena sudah menghentikan permainan, VAR tak mampu melakukan intervensi. Hakim garis meminta maaf tapi menurutnya itu sama sekali tidak membantu dan tak berguna.
"Itu adalah keputusan yang sangat, sangat buruk dan melanggar aturan."
"Ada keputusan buruk dari hakim garis dan wasit. Rasanya seperti pengkhianatan pada akhirnya," imbuhnya.
Tuchel kemudian mengonfirmasi bahwa wasit Szymon Marciniak juga meminta maaf tetapi hal itu “tidak membantu” Real di final.
"Setiap orang harus mencapai batasnya, semua orang harus menderita, semua orang harus bermain tanpa melakukan kesalahan. Jadi wasit juga harus berada di level itu," kata Tuchel.
"Tidak ada gunanya membuat alasan setelah kejadian tersebut. Anda berada di lapangan karena alasan ini, karena Anda adalah yang terbaik yang ada. Dan kami berhak mengharapkan hal itu sampai akhir," jelasnya.
(Tribunnews.com/Tio)