TRIBUNNEWS.COM - AC Milan harus mengeluarkan kocek lagi untuk mengakhiri kerjasamanya dengan pelatih Stefano Pioli. Berikut rincian pesangon Stefano Pioli.
AC Milan memutuskan untuk menjadikan musim 2023/2024 sebagai periode terakhir kemitraan mereka dengan Stefano Pioli.
Inkonsistensi permainan menjadi penyebab utama mengapa AC Milan memilih untuk berpisah jalan dengan mantan allenatore Fiorentina tersebut.
Faktanya Rossoneri menjalani raihan minor lewat zero tituli alias nirgelar di musim ini. Meski Stefano Pioli memiliki jasa besar saat membantu AC Milan meraih scudetto ke-19 nya dua musim lalu, namun itu tak bisa menjadi jaminan.
Kontrak Stefano Pioli di AC Milan baru akan rampung musim 2024/2025, atau satu tahun lagi.
Oleh karena itu AC Milan diwajibkan membayar pesangon kepada pelatih berkepala plontos tersebut.
Situasi ini muncul di tengah spekulasi tentang siapa yang akan menjadi pelatih baru AC Milan untuk musim 2023/2024.
Namun, satu hal yang tampaknya pasti adalah bahwa sudah waktunya untuk perubahan di ruang ganti.
Hal ini tidak hanya soal mengucapkan selamat tinggal kepada Pioli dan menyambut pelatih baru, tetapi juga menyangkut masalah finansial yang signifikan.
Pioli masih memiliki kontrak hingga Juni 2025, yang berarti pemutusan kontrak lebih awal akan melibatkan biaya pesangon yang tidak sedikit.
Dirangkum dari laman SempreMilan, AC Milan wajib membayarkan pesangon sebesar €10 juta atau sekitar Rp173 miliar kepada Stefano Pioli.
Faktanya pesangon Stefano Pioli dari AC Milan masih lebih banyak dari yang diterima Jose Mourinho. The Special One menerima pesangon 3,7 juta poundsterling atau sekitar Rp73,4 miliar dari AS Roma ketika kontraknya masih tersisa enam bulan.
Baca juga: Daripada Pusing Mikir Gaji Mike Maignan, AC Milan Pilih Keruk Cuan Rp1,2 Triliun
Nominal tersebut terbilang besar bagi Rossoneri untuk pesangon Pioli. Terlebih AC Milan juga tengah berupaya untuk mendatangkan sejumlah pemain kelas wahid dengan banderol tinggi.
Kabar yang berkembang Rossoneri akan menghabiskan biaya mencapai €100 juta atau sekitar Rp1,7 trilliun untuk mendatangkan, setidaknya lima amunisi baru.