Bahkan, satu-satunya kemenangan yang diraih AC Milan baru terjadi pada giornata keempat melawan Venezia.
Sebelum menang telak empat gol tanpa balas atas Venezia, AC Milan hanya meraup dua hasil imbang dan satu kekalahan.
Raihan lima poin dari empat laga pembuka jelas bukanlah hasil yang mengesankan bagi tim sekelas AC Milan.
Performa jeblok AC Milan di Italia tampaknya menular di Liga Champions, di mana mereka baru saja kalah lawan Liverpool.
Bermain di depan 60 ribuan pendukung sendiri di San Siro, AC Milan menyerah dengan skor 1-3 melawan The Reds.
Kekalahan teranyar melawan Liverpool tentu membuat persiapan AC Milan menghadapi Derby Della Madonnina melawan Inter Milan pada akhir pekan ini cukup terganggu.
Jika sampai gagal menampilkan performa terbaiknya lagi, bukan hal mustahil AC Milan akan kembali kalah di tangan rival sekotanya sendiri.
Kekalahan melawan Inter Milan tentu berpotensi menimbulkan berbagai efek domino bagi tim berjuluk Rossoneri itu.
Mulai dari anjloknya peringkat AC Milan di tabel klasemen, runtuhnya mental pemain hingga terancamnya masa depan Fonseca selaku pelatih.
Untuk poin terakhir, meskipun baru ditunjuk pada Juli lalu untuk mengisi pos jabatan pelatih utama AC Milan.
Bukan hal aneh atau mengejutkan, jika Fonseca diberhentikan dari jabatannya sebagai pelatih AC Milan bulan ini.
Tren sejarah pun kian menguatkan potensi tersebut jika Fonseca benar-benar tidak mampu mengangkat performa AC Milan.
Dalam sejarahnya, AC Milan dapat dikatakan menjadi salah satu klub yang hobi berganti pelatih.
Barangkali Stefano Pioli yang menjadi pelatih AC Milan sebelum Paulo Fonseca menjadi pengecualiannya.