Risdianto di Mata Cucu Kesayangan: Ayah Bukan Cuma Jago Bola Doang
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Legenda sepakbola Indonesia, Risdianto baru saja menyelesaikan operasi jantung dan kini tengah menjalani pemulihannya di kediamannya yang berada di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/9/2024).
Tribunnews bersama beberapa pemain eks-Pemain PS Warna Agung mendapatkan kesempatan untuk menjenguk langsung mantan pemain Timnas Indonesia yang pernah mengubur mimpi Australia lolos ke Piala Dunia 1982.
Kala itu, pada babak kualifikasi Piala Dunia 1982, tepatnya pada 1981, Risdianto yang bertugas sebagai striker sukses mencetak gol dan mengalahkan Australia 1-0.
Baca juga: Kronologi Lengkap Kisruh Persib dan Bobotoh, Rizky Ridho Sebut Bukan Keuntungan untuk Persija
Kemenangan Indonesia atas Australia itu pun jadi kemenangan satu-satunya dari 20 pertemuan hingga saat ini.
Kondisi Risdianto yang baru pulang dari Rumah Sakit hari Minggu kemarin terlihat sudah mulai membaik meskipun harus banyak istirahat lebih dulu.
Dalam kesempatan tersebut Risdianto turut mengenang cerita bersama rekan-rekannya dan banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu pengobatannya.
Muhammad Rafi Kaluku, cucu pertama dari Risdianto turut membeberkan kronologi sang Kakek yang awal terkena serangan jantung.
Rafi sapaan akrabnya memanggil Risdianto dengan sebutan Ayah, karena sejak kecil dirinya lebih tinggal dan dekat dengan Risdianto.
“Ayah pertama kena itu di hari Selasa itu sudah ada gejalanya, saya masih di Tangerang terus nenek yang bawa ke Klinik, IGD. Memang seranganya belum terlalu berat dan bisa pulang cuma masih dalam kondisi yang sesak. Terus hari Rabu pagi kita bawa ke Rumah Sakit, nah malamnya itu baru kena serangan, yang dua jam serangan jantung itu,” cerita Rafi kepada Tribunnews.
“Hari Rabu sempat ke Siloam di Bogor Raya, setelah itu dikirim ke Mayapada di Pajajaran. Kemudian di RSUD Ciawi, akhirnya kita putuskan ke Rumah Sakit Binawaluya. Kondisi Ayah pas mau tindakan sempat drop, Disana masih hari Jumat. Di sana cepat, masuk IGD, terus ditindak (operasi) hari Sabtu,” lanjut Rafi.
“Tindakannya ada pemasangan ring satu, di balon dua dan pemasangan alat pacu jantung. Pulang ke rumah hari Minggu, baru kemarin jadi memang dalam proses pemulihan,” terangnya.
Sosok Risdianto di Mata Rafi
Bagi para pecinta sepakbola Indonesia sosok Risdianto merupakan salah satu striker terganas yang pernah dimiliki Timnas Indonesia.
Saat membela Skuad Garuda, Risdianto tercatat mencetak 27 gol dari 59 kali penampilan.
Catatan yang tak pernah dilupakan para pecinta sepakbola Indonesia yakni Risdianto pernah membobol dua gol ke gawang Santos FC yang kala itu diperkuat oleh Legenda Sepakbola Brasil, Pele.
Namun bagi Rafi, sosok Risdianto bukan lah piawai dalam mengolah si kulit bundar saja. Risdianto adalah sosok role model bagi kehidupannya.
Untuk tahu sosok Risdianto seperti apa, Rafi bahkan pernah ikut pulang kampung ke halaman Risdianto di Pasuruan, Jawa Timur. Saat tinggal di sana, Rafi merasakan sosok Risdianto sebelum menjadi pesepakbola profesional dan namanya tenar memang sudah dikenal baik di lingkungan kampungnya.
“Jadi Ayah bukan soal main bola saja. Saya juga sempat pulang kampung ke Kampung Ayah di Pasuruan. Di sana saya merasakan Ayah tidak cuma main bola, sebagai seseorang dia juga baik, nilai kemanusiannaya. Kadang-kadang malah terlalu baik. Mereka bilang sifat baik tidak berubah,” cerita Rafi.
“Di sana saya merasakan bagaimana Risdianto kecil tuh karena di sana rumah saat Ayah kecil. Ya, jadi dari almarhum Bapaknya Ayah yang memang keluarganya yang terkenal banyak membantu orang-orang banyak dan impact-nya besar. Mungkin kebaikan Ayah sama orang sebelumnya juga sekarang mulai kembali ke Ayah,” sambungnya.
Rafi merasa sangat bersyukur mempunyai sosok Kakek seperti Risdianto.
Bagi Rafi, Risdianto bukan hanya legenda sepakbola Indonesia tapi juga role model bagi kehidupannya.
Tak jarang Rafi selalu bertanya soal makna kehidupan kepada Risdianto. Kesederhanaan.
“Kalua dilihat Ayah ya role model lah. kalau orang nyebut role modelnya siapa kalau saya ya Ayah saya. Kalua main bola ya tidak usah ditanya jagonya kaya gimana tapi tidak cuma main bola doang jagoya, secara nilai kemanuasanya juga dia sangat baik,” ucap pria 21 tahun tersebut.
“Kalau ngobrol kaya cucu nanya ke kakek itu, lebih nanya tentang kehidupan. Yah kalau aku gini gimana? nyikapinya harus seperti apa?. Ya jadi obrolan santai saja,” sambungnya.
Lebih lanjut mahasiswa Ilmu Komunikasi UMN tersebut juga mengungkapkan bahwa Risdianto bukan lah sosok yang ingin mem-push dirinya untuk bisa jadi sepertinya.
Risdianto sosok Kakek yang sempurna di mata Rafi. Selalu mendukung apapun langkah yang Rafi jalankan.
“Yang pasti olahraga pertama yang dikenalkan bola, disuruh untuk main bola tidak hanya diperkenalkan saja. Pernah masuk SSB tapi sebentar doang soalnya saya tidak minat. Ayah juga merasa wah tidak niat nih anak. Ayah tidak terus push saya, dia suport saja apa yang mau,” pungkasnya.