Pada tahun 2016, Inggris, Irlandia Utara, Skotlandia, dan Wales semuanya didenda oleh badan pengatur dunia FIFA karena memperingati Hari Gencatan Senjata dengan menempelkan bunga poppy pada kaus mereka selama pertandingan.
Hal ini menimbulkan kegaduhan politik dan setahun kemudian FIFA melunakkan pendiriannya, dengan mengatakan bahwa simbol-simbol seperti itu akan diizinkan, selama tim lawan sepakat.
Menteri Prancis Kebakaran Jenggot
Menteri Dalam Negeri Prancis kritik spanduk fans PSG yang bertuliskan 'Bebaskan Palestina'
Menteri Dalam Negeri Prancis Bruno Retailleau pada 7 November mengecam pengibaran spanduk raksasa bertuliskan “Bebaskan Palestina” di pertandingan Paris Saint-Germain di Parc des Princes, dan menyebutnya “tidak dapat diterima”.
Namun, badan sepak bola Eropa UEFA mengatakan klub tersebut tidak akan menghadapi sanksi.
Retailleau, yang ditanya apakah ia akan meminta sanksi terhadap PSG, mengatakan kepada Sud Radio: "Saya tidak mengesampingkan apa pun. Saya akan menuntut penjelasan dari PSG."
Pada tanggal 6 November, penggemar dari kelompok garis keras PSG, Auteuil Kop, memajang spanduk besar bertuliskan "Bebaskan Palestina" sebelum pertandingan Liga Champions melawan Atletico Madrid, delapan hari sebelum Prancis melawan Israel di Paris dalam pertandingan Nations League.
Aksi mereka terjadi saat Israel terus melancarkan serangan militer di Gaza yang telah menewaskan sekitar 43.400 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza. Konflik tersebut pecah setelah serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Israel juga telah melakukan serangan mematikan di Tepi Barat yang diduduki.
PSG yang dimiliki Qatar mengatakan setelah pertandingan, yang mana tuan rumah kalah 2-1, bahwa klub belum diberitahu mengenai rencana untuk menampilkan pesan seperti itu.
"Paris St Germain mengingat bahwa Parc des Princes adalah – dan harus tetap – menjadi tempat persekutuan seputar hasrat bersama untuk sepak bola dan dengan tegas menentang pesan apa pun yang bersifat politis di stadionnya," kata klub itu dalam sebuah pernyataan.
Menteri Retailleau berkata: "Tentu saja presiden klub bertanggung jawab. Saya ingin tahu bagaimana terpal ini sampai, bagaimana cara penyebarannya."
UEFA mengatakan kepada Reuters pada 7 November bahwa PSG tidak akan menghadapi proses disipliner karena hanya melarang pesan-pesan politik yang dianggap menghina atau provokatif.